Alquran surat Al Ma'arij ayat 19-21:
" Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir",
Padahal ingatlah bahwa ketika mendapatkan kenikmatan dari Allah, apabila selalu berterimakasih dengan mengucapkan rasa syukur maka Allah akan menambah kenikmatan itu disebutkan dalam Alquran surat
Ibrahim ayat 7:
" Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Kenikmatan yang kita syukuri dalam hubungannya imbalan dari aktifitas yang kita lakukan, katakanlah seorang buruh tani yang rajin dan tekun, dia selalu bekerja untuk memberikan hasil karya pekerjaan yang sebaik-baiknya kepada tuannya.
Dia bekerja selalu ingin memberikan hasil garapan yang terbaik dan menerima imbalan dengan ikhlas, ketika diberi imbalan yang banyak sangat berterimakasih, namun bila diberi imbalan yang sedikit juga berterimakasih seraya malakukan muhasabah, mengoreksi kekurangan dirinya sendiri. Mungkin ada yang salah ketika bekerja atau mungkin hasilnya kurang memuaskan, tidak pernah menduga-duga bahwa majikannnya pelit, kurang perhatian, apalagi dengan membanding-bandingkan dengan imbalan yang diberikan oleh orang lain.
Namun dirinya selalu berupaya untuk bekerja dengan sebaik-baiknya, waktunya bekerja- ya bekerja, waktu istirahat ya istirahat, waktu shalat-ya shalat. Senantiasa dirinya mengontrol dan mengevaluasi dirinya sendiri. Maka pasti Allah akan menambah kenikmatannya, bisa dengan bonus, atau ketika banyak orang bingung mencari pekerjaan dirinya banyak yang membutuhkan tenaganya. Demikian pula dalam segala aktifitas yang lain, orang jawa mengatakan "enthengan" maka dimana-mana dia akan diperhatikan, baik oleh teman maupun atasannya.
Apa sajakah kenikmatan yang diberikan oleh Allah dan dirasakan oleh manusia:
1. Nikmat karena normalnya panca indra, panca indra dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Mata dapat melihat adalah kenikmatan yang tiada tara, ketika penglihatan berkurang atau yang dikenal dengan minus berapa banyak uang yang digunakan untuk memeriksakan ke dokter dan selanjutnya harus mengenakan kaca mata.
Ternyata kaca mata yang harus dipakai disamping karena menganut azas manfaat juga memenuhi standar estetika/ keindahan, yang dapat menambah daya pikat, kewibawaan dan prestise. Sehingga untuk membeli kaca mata juga membutuhkan uang yang cukup banyak, ini baru kenikmatan yang diberikan oleh Allah, dikurangi sedikit kenikmatannya dengan mengurangi penglihatan sudah harus menukar kenikmatan itu dengan beberapa jumlah rupiah.
Bagaimanakan jika matanya sakit misalnya katarak, maka untuk mengembalikan kenikmatan yang diberikan oleh Allah harus dengan operasi yang menghabiskan uang jutaan rupiah. Ini baru sakit mata, bagaimanakah jika kenikmatan-kenikmatan yang diberikan oleh Allah baik itu telinga, hidung, kulit, lidah sakit sehingga kenikmatan itu menjadi kurang, sungguh manusia untuk mengembalikan kenikmatan itu membutuhkan banyak rupiah. Maka pantas sekali bila kita menghitung nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia niscaya tidak akan dapat menghitungnya. Hal ini diwartakan oleh
Allah dalam Alquran surat Ibrahim ayat 34:
" Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah)".
Maka bagaimanakah kita mensyukuri nikmat Allah yang berupa panca indra itu, tidak lain adalah menggunakan untuk hal-hal yang positif, sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah, hal ini dilakukan dengan melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT.
2. Akal, adalah kenikmatan yang diberikan oleh Allah melebihi atas makhluk-makhluk yang lain. Karena hanya manusia yang diberi kelebihan akal, sehingga dengan akalnya itu manusia dapat menguasai dunia, segala senjata dan kekuatan makhluk yang lain untuk mempertahankan hidupnya dapat ditaklukkan oleh manusia.
Harimau binatang yang buas, dengan cakar dan taringnya yang tajam dapat melumpuhkan binatang yang lain, namun dapat ditundukkan oleh manusia dengan senjata dan obat bius dapat melemahkannya. Kecepatan binatang kijang yang amat dahsyat dapat dikalahkan dengan kecepatan pesawat, pandangan yang tajam dari burung elang dapat dikalahkan dengan alat mikroskop, teleskop dan lainnya.
Demikian pula pandangan yang tajam dari seekor kucing, anjing dan binatang malam lainnnya dapat dikalahkan dengan listrik yang dapat merubah kegelapan menjadi terang.
Inilah kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia, maka benar sekali ungkapan ahli hikmah bahwa dengan akal urusan akan menjadi mudah. Maka ketika diberikan akal yang sehat sehingga dapat melakukan aktifitas berfikir, gunakan untuk bertafakkur, memikirkan tanda-tanda dan bukti kekuasaan dan keagungan Allah.
Maka ketika manusia telah mencapai pada puncak kemajuan, dan menganggap dirnya sebagai makhluk yang paling sempurna, sesungguhnya pengetahuan dan ilmu manusia baru sebesar tetes air dari sebuah jarum yang dimasukkan kedalam samudra. Karena itu ilmu Allah amatlah luas tidak terbatas dan tidak akan habis untuk dipelajari, hal ini diwartakan oleh Allah dalam Alquran surat Al Kahfi 109:
" Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".
3. Hati, hati adalah yang merasakan, sesuatu yang benar dan baik menurut akal belum pasti sesuai dengan isyarat kemauan hati nurani, karena hati nurani berasal dari yang fitrah, menghendaki sesuatu yang benar, hati mempunyai sifat-sifat ketuhanan karenanya hati yang bersih mudah berkomunikasi kepada Allah.
Dengan hati akan memunculkan nafsu lawwamah, nafsu mutmainnah, yang karenanya ketika akal dan panca indra sudah menyatu untuk melakukan perbuatan yang tidak benar maka dalam diri muncul penyesalan, dengan penyesalan maka akan menimbulkan perasaan berdosa dan keinginan untuk bertobat.
Ketika keinginan untuk tobatpun selalu dibisiki dua kekuatan baik dan buruk, maka ketika kebaikan yang muncul maka nafsu manusia akan mengarah pada nafsu mutmainnah.
Maka bersyukulah ketika hati sudah mengarahkan pada akhlak Rabbani, sehingga dalam setiap perbuatannya akan meninggalkan kebaikan bagi makhluk yang lain.
Maka agar hati menjadi jernih, peka terhadap penderitaan dan kesengsaraan orang lain, belajarlah untuk memahami keadaan orang lain. Bagaimana orang bisa bersabar ketika sedang menerima musibah dan diri bisa tergugah rasa empatinya. Disamping itu hendaklah selalu memperbanyak zikir kepada Allah, karena zikir adalah makanan hati yang hendaknya selalu diberikan setiap hari.
4. Agama, kita hidup dalam beragama ini adalah merupakan kenikmatan, apalagi beragama Islam adalah kenikmatan yang tiada terhingga. Karena baik dan buruk, benar dan salah yang hakiki bila bersumber dari Alquran dan hadits nabi. Bagaimana ketika kita diperintahkan oleh Allah untuk mencari rizki, setelah melaksanakan shalat Jum'at agar segera bertebaran di muka bumi mencari rizki. Rizki adalah hak pribadi manusia, dengan rizki kehidupan manusia akan semakin bahagia.
Dan dengan rizki yang diperoleh bebas dikumpulkan sebanyak-banyaknya. Sehingga di Negara Barat menimbulkan faham materialisme, individualisme, faham kapitalisme, sosialisme. Maka Alquran berada dalam dua pendapat yang berbeda. Islam mengajarkan umatnya untuk mencari rizki tetapi tidak boleh melalaikan orang lain. Sehingga dari sebagian rizki itu harus dikeluarkan haknya sebesar 2,5% dari harta yang dimiliki yang disebut dengan kewajiban berzakat.
5. Alam semesta beserta isinya adalah untuk keperluan manusia:
" Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu". (QS. Al Baqarah: 29)
Didunia ini ada tanah, air, udara, surya, bulan dan bintang bintang yang tak terhitung jumlahnya. Satu hal bila didunia ini tidak ada sinar tentu tidak akan ada kehidupan, karena tidak akan ada air, udara, sinar, panas dan dingin. Semua diciptakan bagi kesejahteraan manusia.
Berapa banyak dalam setiap hari kita mengirup udara (o2) secara gratis, namun berapa rupiah oksigen yang sudah dimasukkan kedalam tabung, bisa dirasakan ketika diantara kita pernah menggunakan tabung oksigen untuk bantuan pernafasan, satu tabung bisa digunakan untuk berapa hari dan berapa rupiah yang harus dibayarkan.
Sungguh ketika kita berada dalam kondisi sehat tidak pernah merasakan betapa berharganya oksigen bagi pernafasan, karena dalam waktu 10 menit tidak ada udara niscaya kita akan mati. Ini baru kenikmatan dari Allah yang berupa udara.
Bagaimanakan dengan air, pada suatu waktu pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Azis, dalam lawatannya beliau singgah di rumah Imam Malik, didalam rumah disuguhi dengan segelas air putih. Dari itu lalu timbul perbincangan yang hangat. Imam Malik bertanya kepada khalifah, bagaimanakah sekiranya kita sedang berada ditengah padang pasir yang tandus, gersang, panas dan tidak ada kehidupan, kita berdua sudah kehabisan bekal, kecuali saya mempunyai satu gelas air putih.
Saya sangat membutuhkan dan anda juga sangat membutuhkan, kiranya berapa banyak anda mau membeli air putih tersebut? Begitu pertanyaan Imam malik kepada Khalifah Umar bin Abdul Azis. Dan di jawab oleh khalifah " saya mau membayar dengan separuh dari harta yang saya miliki". Demikianlah segelas air putih bisa bernilai sampai triyunan rupiah. Belum lagi kenikmatan dari Allah yang berupa tanah dengan segala macam kehidupan dan penghidupan didalamnya merupakan sumber kenikmatan dari Allah.
Begitu banyak kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia, sehingga begitu banyaknya nikmat yang diberikan oleh Allah, bila menghitungnya niscaya manusia tidak akan mampu. Maka ketika menerima kenikmatan itu bersyukurlah kepada Allah, dengan bersyukur Allah akan menambah kenikmatannya. Karena ketika kita banyak menyukuri atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah maka Allah akan menambah kenikmatan itu kepadanya.
Kenapa Sudah Bersyukur dan Sudah Bekerja Keras, kok Tidak Kaya ?
Dalam banyak seminar/acara motivasi, terdapat hal yang sering ditanyakan sbb :
Saya sudah menjalankan apa yang dinamakan bekerja keras.
Seperti yang dinasehatkan para motivator, saya pun sudah ikhlas & bersyukur pada pekerjaan saya ini, juga pada kondisi saya. Tetapi kenapa sampai saat ini sepertinya tidak banyak hasilnya, keuangan saya tetap begitu2 saja (tidak kaya). Ini saya sampaikan BUKAN sebagai keluhan, karena saya BERSYUKUR terhadap hidup saya ini, dan saya juga ikhlas.
Dengan keadaan seperti saya yang bersyukur, ikhlas, dan sudah bekerja keras, namun kok tetap tidak kaya ?
Berikut ini adalah jawaban2 dari berbagai motivator (salah satunya Mario Teguh), yg kami anggap cukup menjawab pertanyaan tsb.
Mohon jawaban2 ini dibaca pelan2, karena setiap jawabannya mempunyai makna yang sangat dalam, sehingga perlu dicerna pelan2, terima kasih.
JAWABAN ke 1 :
"Kalau anda sudah bekerja keras, tetapi masih juga merasa tidak menghasilkan, coba anda tanyakan pada diri anda sendiri, apakah kerja keras yang anda lakukan itu sudah sesuai dengan rencana yang akan anda hasilkan ?"
JAWABAN ke 2 :
Coba kita introspeksi diri, sebenarnya kerja keras kita ini tergolong yang bagaimana ?
Di lingkungan kerja memang kita sibuk bekerja keras, tapi bisa jadi bahwa sebenarnya kerja keras yang kita lakukan itu termasuk salah satu di bawah ini.
kerja keras "ngomongin orang",
kerja keras "yang tidak sistematis",
kerja keras "yang mikirin kepentingan sendiri",
kerja keras "mencari kegiatan2 yang mubazir",
kerja keras "mencari-cari kesalahan orang"
kerja keras "agar dianggap orang lain kita telah bekerja keras" … dsb.
Bisa jadi sebenarnya tanpa kita sadari, kitapun termasuk diantara pekerja keras yg di atas itu.
Jadi coba meng-evaluasi diri kita sendiri, benarkah kita telah bekerja keras ?
JAWABAN ke 3 :
Jangan2 kerja keras yang anda lakukan adalah :
"KERJA KERAS untuk Tidak Melakukan Apa pun" ...
yang otomatis menjadi "BERHASIL tidak melakukan apa pun"
Yang dimaksud "tidak melakukan apa pun" adalah tidak berusaha melakukan pengembangan diri terhadap yang dikerjakannya, sehingga nilai tambah ke diri kita relatif tidak ada.
Nilai tambah itu bisa berupa kebiasaan yang lebih baik, syukur2 target2 menjadi lebih baik, dsb.
Yang lebih berbahaya adalah bisa jadi anda sebenarnya tidak melakukan apa2 tapi sudah merasa kerja keras.
Ada baiknya menggunakan terapi diri dengan menghadap cermin, sebagaimana disarankan Pak Mario Teguh, tanyakan pada diri anda melalui cermin : "Sebenarnya apa sih yang sudah anda lakukan ?!"
JAWABAN ke 4 :
Kalau ada orang yang secara fisik (plus pikiran sadar) bekerja sangat keras, tetapi secara finansial tidak mendapat banyak, maka itu menunjukkan bahwa MINDSET-nya memang tidak ingin kaya.
Untuk jelasnya ada tiga kondisi di bawah ini yg membuatnya menjadi tidak kaya.
Kondisi A :
Memang mindsetnya sudah demikian (tidak kaya), dan memang tidak mau untuk mengubah (mengembangkan) mindsetnya.
Yang sangat dominan pada mindset seseorang adalah "PERASAAN"-nya (HATI-nya).
Jadi walau pun pikirannya ingin kaya, namun kalau hatinya tidak ingin kaya, tapi HANYA ingin bahagia dan sehat lahir bathin. Maka kerja keras yg dilakukannya cenderung menghasilkan hidup yang tidak kaya, namun bahagia dan sehat lahir bathin, tidak masalah dan tetap wajib disyukuri hidup yg demikian.
Kondisi B :
Cita-cita sesungguhnya ingin kaya “saja”, bukan ingin bermanfaat bagi orang banyak. Jadi hanya ingin kaya untuk dirinya sendiri.
Cita-cita seperti ini sangat sulit terwujud, walau pun sudah bekerja keras. Karena "KEKAYAAN (HARTA) itu hanya SEBUAH ALAT" untuk mencapai TUJUAN MULIA yaitu "BERMANFAAT bagi orang lain (orang banyak)".
Seandainya cita2 anda seperti ini, yaitu ingin kaya "saja". Maka segera diubah cita2 tsb, yaitu menjadi "INGIN BERMANFAAT BAGI ORANG BANYAK".
Dan selanjutnya setiap anda bekerja keras, orientasi dan sasarannya selalu ke arah berusaha agar yang anda kerjakan itu bermanfaat (membantu) orang lain (orang banyak). Maka otomatis anda akan diberi "alat" oleh Yang Maha Memberi Kekayaan (Al-Mughnii), sedemikian rupa sehingga anda dapat mencapai tujuannya. Alat tersebut pada umumnya adalah "HARTA yang BERLEBIH". Karena praktis dengan harta yg berlebih, akan semakin banyak yg dapat dilakukan untuk membantu banyak orang (bermanfaat bagi banyak orang).
Kondisi C :
Cita-citanya ingin kaya, namun dalam praktek sehari-harinya tidak sesuai dengan keinginan tersebut.
Misalkan kurang dermawan (alias pelit). Hal ini sama saja dengan “pikirannya” ingin kaya, namun "MINDSET-nya" ingin miskin.
Membiasakan diri tidak dermawan (pelit), akan membentuk perasaan bahwa "HARTA KITA SEDIKIT", artinya kita "TIDAK KELEBIHAN HARTA". Otomatis ini akan membentuk "MINDSET tidak kelebihan harta (Mindset tidak kaya)". Yang tentu saja mindset tidak kaya inilah yang akan membawa diri anda untuk menjadi tidak kaya, bahkan miskin. Walau pun telah bekerja keras, namun setiap kerja keras itu akan diarahkan oleh mindset kita untuk tidak menghasilkan harta yg berlebih.
Membiasakan diri untuk dermawan (suka memberi dng ikhlas), akan mendorong kita untuk merasakan bahwa kita "seolah-olah kelebihan" harta. Dan ini akan membentuk "MINDSET kelebihan harta (Mindset Kaya)". Yang tentu saja mindset kaya inilah yang akan membawa diri anda untuk menjadi kaya. Jadi disadari atau pun tidak, otomatis kerja keras anda akan "digiring" oleh mindset anda sedemikian rupa sehingga anda menjadi kelebihan harta (kaya).
Berbicara mengenai masalah syukur, saya jadi teringat akan suatu kajian pada suatu pekan tentang cerita masalah syukur ini. Kira-kira ceritanya seperti ini.
Dikisahkan, ada seseorang suatu hari pergi ke surga dan seorang malaikat menemani dan menunjukkan keadaan di surga. Mereka berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarnya berhenti di depanruang kerja pertama dan berkata, ” Ini adalah Seksi Penerimaan. Di sini, semua permintaan yang ditujukan pada Alloh diterima”.
Orang itu melihat-lihat sekeliling tempat ini dan didapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.
Kemudian orang itu dan malaikat berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah mereka pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, “Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan dan nikmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya”. Mereka melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangatkecil. Yang sangat mengejutkan orang itu, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun.
“Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih”, kata Malaikat pelan. Orang itu tampak malu.
“Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?”, tanyanya.
“Menyedihkan”, Malaikat menghela napas. ” Setelah manusia menerima nikmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih”.
“Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas nikmat Allah?”, tanyanya.
“Sederhana sekali”, jawab Malaikat. “Yg paling sederhana & ringan adalah cukup berkata, “Terima kasih, ya Allah”.
Kurang lebih ceritanya seperti itu.
Syukur itu suatu perkara yang mudah, namun bisa menjadi tidak begitu mudah untuk diterapkan. Mudah sekali untuk mengatakan bersyukur, namun bisa terasa sulit sekali untuk merealisasikan rasa syukur itu.
Bersyukur memang harus dilatih terus menerus, agar bisa menjadi suatu kebiasaan. Awalnya mungkin memang susah, makanya pada awalnya mungkin perlu “pemaksaan” sedikit agar mau menjadi pribadi yang pandai bersyukur. Kita harus bisa membiasakan diri membuka mata hati untuk mampu melihat agar bisa melatih diri kita untuk bisa bersyukur.
Lalu, berkat apa saja yang perlu kita syukuri? Semuanya yang kita miliki, semuanya yang sedang kita hadapi, semua yang sedang kita rasakan, harus kita syukuri.
Darimana dan sejak kapan harus mulai belajar bersyukur? Dari mulai dari sekarang dan bisa dilakukan sejak kita bangun dari istirahat malam (tidur). Perlahan kita belajar untuk bisa bersyukur dari hal-hal yang kecil. Bersyukur bukan hanya selalu identik dengan nikmat yang berupa harta benda.
Ketika bangun dari tidur, itu pun bisa dijadikan sarana untuk belajar bersyukur dari hal yang sangat kecil. Coba kita mulai berfikir ketika bangun tidur, betapa sayangnya Allah sama kita, ternyata masih diberi kesempatan untuk menikmati udara pagi kembali setelah semalaman tertidur pulas dalam keadaan tak sadar. Kita tidak akan pernah tahu saat diri ini tak sadarkan diri, tapi ternyata di pagi ini kita diberi kesempatan untuk bisa menikmati udara pagi-Nya kembali. Bukankah itu suatu nikmat yang sangat luar biasa? dan tentunya wajib untuk kita syukuri.
Beranjak siang, ketika duduk di meja makan menikmati sarapan pagi. Jadikan sarapan pagi ini pun sebagai media untuk belajar bisa bersyukur. Alhamdulillah kita ucapkan pada Allah, meskipun sarapan hanya nasi putih, lauk tempe dan sambal. Karena di luar sana masih banyak saudara-saudara kita yang belum tentu bisa menikmati sarapan pagi.
Kemudian menuju tempat kerja. Jangan pernah sekalipun mengeluh atas pekerjaan yang kian menumpuk, karena mengeluh bisa jadi itu adalah bentuk tidak mensyukuri nikmat Allah. Syukuri dan nikmati saja pekerjaan itu dengan bijak. Karena tidak kah kita sadari bahwa di luar sana masih banyak orang-orang yang kebingungan mencari pekerjaan.
Jika kita tidak memiliki uang sama sekali, namun masih ada sodara, sahabat ataupun tetangga yang mau meminjami kita uang, berarti kita masih beruntung, karena mereka masih mempercayai kita dengan meminjaminya uang. Sebab di luar sana banyak orang yang sudah tidak bisa dipercaya lagi.
Jadi, mari kita belajar untuk bisa menjadi manusia-manusia yang pandai bersyukur dengan dimulai dari hal-hal yang kecil. Namun juga harus optimis untuk bisa lebih jauh lagi bagaimana caranya mensyukuri nikmat-Nya. Bersyukur harus dimulai dari sekarang, apapun bentuk nikmat itu. Jangan sampai ditunda-tunda. “Bersyukurnya nanti ajalah nunggu kaya”. Lah, kalau tidak pernah kaya-kaya, jadi ga mau bersyukur gitu. Bukan seperti itu tentunya. Nikmat-Nya tidak selalu dalam bentuk harta benda. Namun bila semuanya dirasa sudah bisa, dari hal-hal yang terkecil kiranya sudah mampu, tentu saja harus ada peningkatan dalam menyikapi bersyukur ini. Setelah dengan ucapan, tingkatkan dengan tindakan, maksudnya jika telah mampu, bersyukur tentu saja bukan hanya sekedar mengucapkan “Alhamdulillah” semata.
Mari kita nikmati hari-hari kita ini dengan indah. Renungkan dan syukuri berkah yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Dan marilah kita satu sama lain, untuk saling mengingatkan agar bersama-sama belajar untuk menjadi pribadi-pribadi yang pandai bersyukur, dan dijauhkan dari sifat kufur.
“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS An Naml (27): 19)
“Terima kasih, ya Allah! Alhamdulillah, atas anugerah-Mu dengan mengirimkan aku begitu banyak sahabat-sahabat yang istimewa untuk saling berbagi.”
Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu .”
sumber :
http://www.untajiaffan.com/2013/03/bersyukur-dan-menghitung-nikmat-allah.html
http://mabrurisirampog.wordpress.com/2012/06/29/belajar-bersyukur-dari-hal-hal-yang-terkecil/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar