Selasa, 23 Juli 2013
Arti Sahabat
Salah satu nikmat Ilahi yang Allah berikan kepada manusia adalah rasa sosial dan kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain dan menjalin hubungan persahabatan dengan anggota masyarakat. Orang yang memiliki teman yang baik dan memanfaatkan hubungan itu dengan benar dan logis akan memiliki kehidupan individu dan sosial yang lebih baik.
Anda tentunya memiliki kawan untuk berbicara, berbagi perasaan, saling menasehati dan saling membantu di kala susah. Sebagian orang punya kelebihan yang bisa menjalin hubungan persahabatan dengan banyak kawan sementara sebagian yang lain hanya puas dengan memiliki beberapa orang teman yang jumlahnya tak lebih dari hitungan jari. Tentunya, di antara kawan yang kita miliki adalah yang punya hubungan sangat dekat dan siap membantu dengan tulus saat kita mendapat kesusahan dan masalah.
Islam memandang persahabatan sebagai nilai yang agung dan menentukan dalam nasib dan kehidupan seseorang. Karena itu, baik Nabi Saw maupun para Imam Maksum Ahlul Bait dalam banyak kesempatan menekankan untuk memilih sahabat dan kawan dengan benar. Misalnya dalam hadis Nabi disebutkan bahwa beliau bersabda, “Manusia beragama seperti sahabatnya. Karena itu, hendaknya dia teliti dengan siapa dia menjalin persahabatan.” Hadis ini menerangkan sejauh mana pengaruh seorang kawan sehingga bisa mempengaruhi keberagamaan sahabatnya. Dalam hadis disebutkan,
“Sahabat yang baik lebih baik dari kesendirian dan kesendirian lebih baik dari sahabat yang buruk.”
Islam menekankan kepada kita untuk teliti dalam memilih kawan dan sahabat. Oleh karena itu, kecintaan kepada seseorang tidak lantas meniscayakan jalinan persahabatan. Sebab, untuk bersahabat kita harus melihat dengan teliti darimana munculnya kecintaan itu dan apakah orang tersebut layak untuk dijadikan sahabat.Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata,
“Orang yang menjalin persahabatan setelah teliti dalam memilih sahabat, maka persahabatannya akan langgeng dan kokoh.”
Dari hadis tadi dapat difahami bahwa persahabatan yang dijalin tanpa dasar pemikiran yang benar akan berakhir buruk .
Kini yang menjadi pertanyaan, menurut Islam kriteria apakah yang mesti dimiliki sahabat yang baik? Menurut Islam, salah satu kriteria terpenting adalah kematangan orang dalam bernalar dan mengambil sikap yang logis dalam semua hal. Sahabat yang seperti ini adalah penasehat yang bisa dipercaya yang mencegah sahabatnya dari kesalahan. Banyak riwayat dan hadis yang menekankan untuk memilih sahabat yang bijak dan berakal. Diantaranya adalah hadis dari Imam Ali (as). Beliau berkata,
“Bersahabat dengan orang yang arif dan bijak akan menghidupkan jiwa dan ruh.”
Hadis ini mengisyaratkan bahwa orang yang berakal adalah orang yang pandai bersikap. Orang yang demikian jelas akan mencegah sahabatnya dari perbuatan yang salah. Sementara, orang yang dungu dan bodoh justeru akan membuat malu orang lain karena perkataan, sikap dan perbuatannya.
Kriteria lain adalah akhlak dan budi pekerti yang baik. Menurut ajaran Islam, sahabat yang baik mesti memiliki akhlak yang baik dan jiwa yang bersih. Sebab, orang yang berperangai buruk akan mudah melakukan kejahatan, keburukan dan kesalahan. Dalam al-Qur’an al-Karim, Allah Swt mengingatkan kita untuk tidak memilih kawan yang jahat, buruk, dan pendosa.
Ayat 28 dan 29 surat al-Furqan menjelaskan kisah kawan yang buruk di hari kiamat kelak. Disebutkan di ayat itu bahwa seseorang yang berada di neraka menyesali karena salah memilih sahabat dan mengatakan, “Andai saja aku tidak menjadikan si Polan itu sahabatku. Dia telah mencegahku dari mengikuti kebenaran yang sebenarnya telah sampai kepadaku.”
Para pakar psikologi telah melakukan berbagai penelitian luas mengenai persahabatan. Mereka meyakini bahwa kawan dan sahabat di masa muda punya pengaruh besar dibanding sahabat yang dimiliki orang pada periode usia yang lain. sebab sahabat di masa muda punya peran besar dalam membentuk pemikiran dan agenda hidup seseorang. Para psikolog berpendapat bahwa secara kejiwaan, anak muda sangat mudah dipengaruhi dan salah satu yang punya pengaruh besar terhadapnya adalah sahabat. Islam mengenal dengan baik kriteria masa muda ini sehingga menekankan kepada pengikutnya untuk berhati-hati dan teliti dalam memilih kawan.
Mengenai persahabatan dengan orang yang tidak baik, Imam Ali (as) berkata,
“Bersahabat dengan orang yang durjana akan mengakibatkan kesengsaraan tak ubahnya seperti angin yang menyapu bangkai dan menyebarkan bau busuk bersamanya.”
Riwayat ini mengingatkan kita akan bahaya dan kerugian yang ditimbulkan oleh persahabatan dengan orang-orang jahat. Orang mungkin akan menjaga diri untuk tidak terpengaruh dengan perbuatan buruk mereka. Tetapi dia tetap tak bisa melepas diri dari imbas persahabatan ini yang hanya menghadiahkan cela baginya di tengah masyarakat. Mungkin orang akan mengatakan bahwa dia bisa menjaga diri meski berkawan dengan orang-orang jahat dan pendosa. Tapi satu hal yang perlu diingat adalah bahwa manusia bukanlah batu atau kayu mati yang sama sekali tidak tepengaruh oleh perbuatan, perkataan dan sifat orang lain yang ada di sekitarnya. Semua itu akan berpengaruh pada diri kita tanpa kita sadari.
Kriteria lain dari sahabat yang baik menurut Islam adalah orang yang setia dengan tali persahabatan.
Imam Sadiq (as) dalam sebuah riwayat menjelaskan hal itu dalam sebuah ungkapan indah. Beliau berkata, “Berkawan ada batasnya. Siapa saja yang menjaga batasan itu berarti dia adalah sahabat yang benar. Jika tidak, jangan bersahabat dengannya.”
Beliau lalu menjelaskan batas-batas persahabatan dan berkata,
“Batasan-batasan persahabatan adalah; Pertama, dia mesti bersikap sama baik didepanmu maupun dibelakangmu (Yakni menjaga kejujuran dan persahabatan). Kedua, menganggap kebaikanmu sebagai kebaikannya dan celamu sebagai celanya. Ketiga, tidak mengubah perilaku ketika dia mendapat kedudukan atau harta. Keempat, jika memiliki harta, dia tak akan pernah segan membantumu. Kelima, tidak membiarkanmu seorang diri kala engkau ditimpa masalah dan kesulitan.”
Kriteria berikutnya dari seorang sahabat yang baik adalah kesesuaiannya dengan kita. Sahabat yang baik adalah orang yang sederajat dengan kita dalam hal materi, kedudukan sosial, dan pemikiran.
Imam Muhammad Baqir (as) berkata, “Bersahabatlah dengan orang yang sederajat denganmu. Jangan engkau bersahabat dengan orang yang menjaminmu sebab hal itu akan mengakibatkan kehinaan dan kerendahan bagimu.”
Hadis ini mengingatkan kita akan harga diri manusia. Mungkin orang akan senang bersahabat dengan orang yang lebih kaya yang bisa membantunya secara finansial. Tapi sebenarnya persahabatan ini hanya akan membuatnya hina dan rendah di mata sahabatnya yang kaya.
Kriteria lain dari sahabat yang baik adalah kesabaran.
Imam Ali (as) berkata, “Bersahabatlah dengan orang yang penyabar, dengan begitu engkau bisa belajar meningkatkan kesabaranmu.”
Hadis ini menjelaskan pengaruh sahabat yang penyabar. Orang yang penyabar akan mudah merendahkan hati ketika muncul masalah dalam persahabatan. Dia akan mudah memaafkan kesalahan sahabatnya. Perselisihan yang mungkin muncul antara dia dengan kawannya tidak akan mudah merusak persahabatan. Tapi bagaimanakah kriteria orang yang penyabar?
Imam Sadiq (as) menjelaskan, “Orang yang marah kepadamu sampai tiga kali tapi tak pernah mengucapkan kata-kata buruk terhadapmu, maka ia layak engkau jadikan sahabat.”
Sampai disini kita sudah membicarakan beberapa kriteria sahabat yang baik menurut ajaran Islam. Ada baiknya kita juga mengenal kriteria-kriteria orang yang tidak layak dijadikan kawan. Ada banyak riwayat yang menjelaskan hal ini.
Salah satu riwayat yang terbaik dalam hal ini adalah hadis Imam Sajjad (as). Beliau berkata, “Anakku, cermatilah lima kelompok manusia yang tidak layak bagimu untuk bersahabat dengan mereka, berbicara dengan mereka dan berjalan bersama mereka.
Hindari persahabatan dengan orang pendusta. Sebab dia ibarat fatamorgana yang menampakkan hal yang dekat seakan jauh dan hal yang jauh seakan dekat. Jangan kau berkawan dengan orang pendosa sebab dia siap menjualmu dengan imbalan sesuap makanan atau lebih sedikit dari itu.
Jangan berkawan dengan orang yang kikir, sebab dia akan meninggalkanmu ketika engkau memerlukannya. Jauhi persahabatan dengan orang yang bodoh sebab dia akan merugikan dirimu ketika berniat melakukan kebaikan untukmu. Jauhilah pula orang yang memutuskan tali kekerabatan sebab aku dapatkan al-Qur’an telah mengutuknya.
Tidak salah, Islam jauh-jauh hari sudah mengingatkan soal bagaimana berteman. Memilih teman, menurut Islam, adalah niscaya. Boleh dibilang, hitam-putihnya kualitas manusia sangat mungkin ditentukan oleh faktor teman. Dan karena kita adalah makhluk sosial, persoalan teman menjadi perkara penting. Kita harus memiliki teman dan tidak mungkin bisa hidup sendirian.
Allah menyuruh kita untuk akrab dengan orang yang taat dan ahli ibadah, serta berpaling dari orang yang lalai dan memuja hawa nafsu. “Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja dengan mengharap Ridha-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (Al-Kahfi: 28).
Menurut ayat ini, teman yang baik akan mendorong kita untuk berbuat baik. Teman buruk akan menyebabkan kita jauh dari ibadah. Salah-salah, iman dan keyakinan kita menjadi taruhannya. Tepatlah sabda Nabi, “Jangan kamu berteman kecuali dengan orang beriman. Jangan memakan makananmu, kecuali orang bertakwa” (Abu Dawud).
Dalam hadis lain, beliau juga menyatakan, “Seseorang itu bersama yang dicintainya” (Muttafaq Alaih). Dan ada hadis lain menyatakan, “Seseorang itu berada di atas agama temannya. Maka hendaklah salah seorang kamu memperhatikan dengan siapa ia berteman” (Tirmidzi)
Orang sangat dimungkinkan terpengaruh dalam agama dan akhlak orang yang diakrabinya. Maka kita harus pandai-pandai dalam memilih teman. Sikap selektif dalam persoalan teman bukanlah tindakan salah. Juga bukan berarti kita telah membeda-bedakan antara manusia satu dan lainnya. Faktanya, membeli pena saja kita memilih, apalagi teman. Salahlah orang yang suka mencemooh sikap selektif dalam memilih teman.
Memilih teman itu perintah Islam. Hadis berikut sangat populer. “Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan yang buruk itu seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya atau engkau membelinya atau engkau hanya akan mencium harumnya. Sementara pandai besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium bau yang tidak sedap” (Bukhari dan Muslim).
“Imam Al-Ghazali berpesan kepada anak lelakinya:":
“Wahai anakku, sekiranya engkau berasa perlu untuk bersahabat dengan seseorang, maka hendaklah engkau memilih orang yang sifatnya seperti berikut:
1. Jika engkau berbakti kepadanya, dia akan melindungi kamu.
2. Jika engkau memerlukan pertolongan daripadanya, dia akan membantu kamu.
3. Jika engkau menghulur sesuatu kebaikan kepadanya, dia akan menerimanya dengan baik.
4. Jika engkau rapatkan persahabatan dengannya, dia akan membalas balik persahabatan kamu.
5. Jika engkau merancangkan sesuatu, nescaya dia akan membantu kamu.
6. Jika dia melihat sesuatu yang tidak baik daripada kamu, dia akan menutupnya.
7. Jika dia mendapat sesuatu kebajikan (bantuan) daripada kamu, dia akan menghargai atau menyebut kebaikan kamu.
Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu akan teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-gerinya teringat akan kematian…
Sejenak mari renungkan nasihat Ibnu Qudamah Al-Maqdisi. Dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin, ia menyebutkan kriteria teman yang baik, yaitu berilmu, bermoral mulia, bukan pendosa, bukan ahli bid’ah, dan bukan rakus dunia.
sumber :
http://mbafi.com/panduan-memilih-teman-dalam-islam/
http://lenteradankehidupan.blogspot.com/2012/08/sosok-sahabat-yang-baik-menurut-islam.html
http://ilmu-duniadanakhirat.blogspot.com/2012/06/ciri-ciri-sahabat-dalam-islam.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar