Halaman

Rabu, 31 Juli 2013

Kedudukan Wanita Dalam Islam

Islam sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum wanita, bila didalam masyarakat pra Islam memandang kaum wanita adalah sebagai suatu barang yang tidak ada nilainya, sehingga kaum wanita boleh diperlakukan apa saja tergantung dari kaum pria. Hal ini nampak jelas bahwa sebelum nabi Muhammad lahir masyarakat Arab akan mengubur hidup-hidup setiap bayi perempuan yang lahir hal ini karena dipandang wanita tidak dapat membantu perang.

Negara-negara didunia memandang kaum wanita dalam bentuk yang berbeda-beda, seperti di Inggis berarti behind every successful man there is always a women, di Amerika istri yang dalam bahasa Inggris adalah wife namun diartikan washing, ironing, fun, entertainment, di Jawa sebagaimana dikatakan oleh budayawan Semarang Darmanto Jatman Asah-asah, umbah-umbah, lumah-lumah. Dan dikalangan masyarakat Jawa masih banyak istilah yang lain masak macak manak atau dapur sewur dan kasur.

Penghargaan Islam terhadap kaum wanita sebagaimana tersebut dalam hadits nabi:

اَلْمَرْأَةُ عِمَادُ الْبِلَادِ اِذَاصَلُحَتْ صَلُحَ الْبِلَادُ وَاِذَافَسَدَتْ فَسَدَ الْبِلَادُ (حديث)


“ Wanita adalah tiang negara jika wanitanya baik maka baiklah negara, dan bila wanita buruk maka negara juga ikut buruk”.

Karena itu wanita yang paling berperan didalam kehidupan rumah tangga, karena dalam diri wanita mempunyai peran ganda dalam kehidupan rumah tangga, yaitu mengandung, melahirkan, mendidik, mengasuh dan membesarkan. Sehingga kedekatan seorang anak akan lebih dominan kepada seorang ibu, setiap perbuatan inipun akan dimintai pertanggungan jawab oleh Allah SWT.

Kedudukan kaum wanita:
1. Sebagai pendamping suami:


وَالْمَرْئَةُ رَاعِيَةٌ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِىَ مَسْؤُلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
“ Dan istri adalah pengatur dalam rumah tangga suaminya, dan dia bertanggung jawab atas pengaturannya”. (HR. Buchari Muslim)


اِذَا صَلَتِ الْمَرْئَةُ خَمْسَهَا وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا وَاَطَاعَتْ بَعْلَهَا دَخَلَتْ مِنْ اَيِّ اَبْوَابِ الْجَنَّةَ شَاءَتْ (رواه ابن حبان) “ Apabila wanita itu melakukan shalat lima waktu dan bias menjaga kehormatan dirinya serta taat kepada suaminya. Maka dia dapat memasuki surga dari segala penjuru pintunya yang ia sukai”.

2. Sebagai ibu- penerus keturunan. “ Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami terraasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. Al A’rof: 189)
اَلْجَنَّةُ تَحْتَ اَقْدَمِ الْاُمَّهَاتِ (رواه مسلم)
“ Surga dibawah telapak kaki ibu”.


Dengan demikian Allah memberikan keutamaan ibu diatas ayah, sebagaimana sabda ketika suatu saat sahabat bertanya kepada rasul tentang kepada siapa yang lebih utama untuk berbuat baik:


يَا رَسُولَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أَبُوْكَ


“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kupergauli dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?” “Ibumu”, jawab beliau. “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, jawab beliau. “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhari Muslim)



Kisah wanita teladan

Rasulullah pernah memerintah kepada putrinya yang bernama Fatimah: Hai anakku,, apabila kamu ingin belajar menjadi ibu dan istri yang baik, datanglah kepada seorang ibu yang bernama Muthi’ah, tinggal di luar kota Madinah sebelah sana.

Maka berangkatlah Fatimah yang disertai oleh putranya Hasan, sesampai dirumahnya, lalu mengucapkan salam dan mengetuk pintu.

Pada waktu itu ibu Muthi’ah sedang sendirian dirumah, karena suaminya sedang bekerja, karena sedang sendirian maka Hasan tidak diperkenankan masuk dan disuruh menunggi diluar, menurut hadits nabi bahwa ketika isteri sedang sendirian dirumah, tidak boleh menerima tamu laki-laki.

Setelah Fatimah masuk dan dipersilahkan duduk maka, mengutarakan maksud kedatangannya yang disuruh oleh Rasulullah untuk belajar tentang kewanitaan. Ibu Muthi’ah heran dan tidak tahu hal apa yang harus disampaikan kepada isterinya, demikian pula Fatimah juiga heran karena yang dilihat tidak ada barang-barang yang istimewa.

Siti Fatimah memperhatikan ruangan sekitar yang kemudian yang berhenti pada susut rungan yang terdapat tiga buah benda yang senantiasa terawatt dengan rapi. Ketiga benda itu adalah baskom yang berisi air bersih nan jernih, sebuah handuk kecil dan sebatang rotan, Fatimah merasa heran dan kemudian menanyakan ketiga benda itu. Fatimah heran dan menyakan kepadanya.

Ibu Muthi’ah menjelaskan, apabila suaminya pulang tentunya dengan muka yang kotor kena debu, kusut, penat dan letih. Dengan demikian maka aku membisakan mengelap muka dan badannya, agar terlihat bersih dan segar. Setelah itu dengan handuk saya keringkan dengan mengusap muka dan badan yang basah tadi. Fatimah faham dan emudian menaykan sebatang rotan tersebut.

Kemudian dijelaskan apabila suami selesai dibilas muka dan badannya yang kotor lalu mandi. Setelah itu suaminya ditemani makan dari masakan yang tealh dimasaknya sendiri. Lalu saya berkata (kata ibu Muthi’ah) mengambil sebatang rotan rotan tersebut dan menyerahkan kepada suaminya seraya mengatakan, agar suaminya bersedia memukul dengan rotan tersebut bila dalam melayaniny kurang memuaskan.

Mendengar ucapan tersebut Fatimah kaget, lalu bertanya kembali: Apakah suaminya memukul atau tidak? Ibu Muthi’ah menjawab: suami saya tetap mengambil rotan tersebut, tetapi melemparkannya kesamping, lalu mendekati saya dengan penuh kasih sayang. Mendengar penuturan tersebut, akhirnya mengertilah Fatimah, sungguh tepat kata-kata Rasulullah yang menyuruh untuk belajar pada ibu Muthi’ah.

 


Berikut adalah beberapa Hak-hak suami istri dalam berumah tangga

HAK BERSAMA SUAMI ISTRI

1. Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum: 21)

2. Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya.
(An-Nisa’: 19 - Al- Hujuraat: 10)

3. Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’:19)

4. Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih)

SUAMI KEPADA ISTRI
1. Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-aubah: 24)
2. Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah dan Rasul-Nya.
(At-Taghabun: 14)
3. Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-Furqan: 74)
4. Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi nafkah (makan, pakaian,
tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil jika beristri lebih dari satu.
(AI-Ghazali)

5. Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara berurutan:
(a) Memberi nasehat,
(b) Pisah kamar,
(c)Memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan.
(An-Nisa’: 34) …
‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.

6. Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan paling ramah
terhadap istrinya/keluarganya.(Tirmudzi)

7. Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-Thalaq: 7)

8. Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)

9. Suami hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga. Sebaiknya terkadang
menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada keberkahan. (Baihaqi, Umar bin Khattab ra., Hasan
Bashri)

10.Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu Ya’la)

11.Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih sayang, tanpa kasar dan
zhalim.(An-Nisa’: 19)

12.Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan,memberinya pakaian, tidak memukul wajahnya,
tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud).

13.Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan menyuruhnya untuk
selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6,Muttafaqun Alaih)

14.Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan denganwanita (hukum-hukum haidh,
istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)

15.Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)

16.Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)

17.Apabila istri tidak mentaati suami(durhaka kepada suami), maka suami wajib mendidiknya dan
membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa. (AIGhazali)

18.Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih dahulu kepada istrinya. (AI-
Baqarah: ?40)

ISTRI KEPADA SUAMI

1. Hendaknya istri menyadari clan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-Iaki adalah pemimpin kaum
wanita. (An-Nisa’: 34)

2. Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-
Baqarah: 228)

3. Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’:39)

4. Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah:
a. Menyerahkan dirinya,
b. Mentaati suami,
c. Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya,
d. Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami,
e. Menggauli suami dengan baik. (Al-Ghazali)

5. Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis suaminya, walaupun sedang dalam kesibukan. (Nasa’ i,
Muttafaqun Alaih)

6. Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur untuk menggaulinya, lalu sang istri
menolaknya, maka penduduk langit akan melaknatnya sehingga suami meridhainya. (Muslim)

7. Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya. Allah swt. mengampuni dosa-dosa seorang
Istri yang mendahulukan hak suaminya daripada hak orang tuanya. (Tirmidzi)

8. Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal dunia dalam keridhaan
suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi)

9. Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan oleh Nabi saw.: “Seandainya dibolehkan sujud
sesama manusia, maka aku akan perintahkan istri bersujud kepada suaminya. .. (Timidzi)

10.Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya. (Thabrani)

11.Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan suami(Thabrani)

12.Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di belakangnya (saat suami tidak di
rumah). (An-Nisa’: 34)

13.Ada empat cobaan berat dalam pernikahan, yaitu:
(1) Banyak anak
(2) Sedikit harta
(3) Tetangga yang buruk
(4) lstri yang berkhianat.
(Hasan Al-Bashri)

14.Wanita Mukmin hanya dibolehkan berkabung atas kematian suaminya selama empat bulan sepuluh hari.
(Muttafaqun Alaih)

15.Wanita dan laki-laki mukmin, wajib menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluannya. (An-Nur:
30-31)

ISTRI SHOLEHAH

1. Apabila’ seorang istri, menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramddhan, memelihara
kemaluannya, dan mentaati suaminya, niscaya Allah swt. akan memasukkannya ke dalam surga. (Ibnu
Hibban)

2. Istri sholehah itu lebih sering berada di dalam rumahnya, dan sangat jarang ke luar rumah. (Al-
Ahzab : 33)

3. Istri sebaiknya melaksanakan shalat lima waktu di dalam rumahnya. Sehingga terjaga dari fitnah.
Shalatnya seorang wanita di rumahnya lebih utama daripada shalat di masjid, dan shalatnya wanita di
kamarnya lebih utama daripada shalat di dalam rumahnya. (lbnu Hibban)

4. Hendaknya menjadikan istri-istri Rasulullah saw. sebagai tauladan utama.

Semoga catatan ini dapat memberikan manfaat dan wawasan “indahnya berumah tangga” dalam Islam….
Amiin..

 
sumber :

http://www.untajiaffan.com/2013/03/kedudukan-wanita-dalam-islam.html
http://sosbud.kompasiana.com/2013/04/09/hak-dan-kewajiban-suami-istri-dalam-islam-549662.html

Bersyukurlah Dengan Yang Sedikit

Alhamdulillah, puji syukur pada Allah pemberi berbagai macam nikmat. Shalawat dan salam senantiasa dipanjatkan pada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Setiap saat kita telah mendapatkan nikmat yang banyak dari Allah, namun kadang ini terus merasa kurang, merasa sedikit nikmat yang Allah beri. Allah beri kesehatan yang jika dibayar amatlah mahal. Allah beri umur panjang, yang kalau dibeli dengan seluruh harta kita pun tak akan sanggup membayarnya. Namun demikianlah diri ini hanya menggap harta saja sebagai nikmat, harta saja yang dianggap sebagai rizki. Padahal kesehatan, umur panjang, lebih dari itu adalah keimanan, semua adalah nikmat dari Allah yang luar biasa.

Syukuri yang Sedikit

Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667).

Hadits ini benar sekali. Bagaimana mungkin seseorang dapat mensyukuri rizki yang banyak, rizki yang sedikit dan tetap terus Allah beri sulit untuk disyukuri? Bagaimana mau disyukuri? Sadar akan nikmat tersebut saja mungkin tidak terbetik dalam hati.

Kita Selalu Lalai dari 3 Nikmat

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa nikmat itu ada 3 macam.

Pertama, adalah nikmat yang nampak di mata hamba.

Kedua, adalah nikmat yang diharapkan kehadirannya.

Ketiga, adalah nikmat yang tidak dirasakan.

Ibnul Qoyyim menceritakan bahwa ada seorang Arab menemui Amirul Mukminin Ar Rosyid. Orang itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin. Semoga Allah senantiasa memberikanmu nikmat dan mengokohkanmu untuk mensyukurinya. Semoga Allah juga memberikan nikmat yang engkau harap-harap dengan engkau berprasangka baik pada-Nya dan kontinu dalam melakukan ketaatan pada-Nya. Semoga Allah juga menampakkan nikmat yang ada padamu namun tidak engkau rasakan, semoga juga engkau mensyukurinya.” Ar Rosyid terkagum-kagum dengan ucapan orang ini. Lantas beliau berkata, “Sungguh bagus pembagian nikmat menurutmu tadi.” (Al Fawa’id, Ibnul Qayyim, terbitan, Darul ‘Aqidah, hal. 165-166).



Itulah nikmat yang sering kita lupakan. Kita mungkin hanya tahu berbagai nikmat yang ada di hadapan kita, semisal rumah yang mewah, motor yang bagus, gaji yang wah, dsb. Begitu juga kita senantiasa mengharapkan nikmat lainnya semacam berharap agar tetap istiqomah dalam agama ini, bahagia di masa mendatang, hidup berkecukupan nantinya, dsb. Namun, ada pula nikmat yang mungkin tidak kita rasakan, padahal itu juga nikmat.

Kesehatan Juga Nikmat

Bayangan kita barangkali, nikmat hanyalah uang, makanan dan harta mewah. Padahal kondisi sehat yang Allah beri dan waktu luang pun nikmat. Bahkan untuk sehat jika kita bayar butuh biaya yang teramat mahal. Namun demikianlah nikmat yang satu ini sering kita lalaikan.

Dua nikmat ini seringkali dilalaikan oleh manusia –termasuk pula hamba yang faqir ini-. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.” (Dinukil dari Fathul Bari, 11/230)



Rizki Tidak Hanya Identik dengan Uang

Andai kita dan seluruh manusia bersatu padu membuat daftar nikmat Allah, niscaya kita akan mendapati kesulitan. Allah Ta’ala berfirman,

وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ( إبراهيم

“Dan Dia telah memberimu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat lalim dan banyak mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34).

Bila semua yang ada pada kita, baik yang kita sadari atau tidak, adalah rizki Allah tentu semuanya harus kita syukuri. Namun bagaimana mungkin kita dapat mensyukurinya bila ternyata mengakuinya sebagai nikmat atau rejeki saja tidak?

Saudaraku! kita pasti telah membaca dan memahami bahwa kunci utama langgengnya kenikmatan pada diri anda ialah sikap syukur nikmat. Dalam ayat suci Al Qur’an yang barangkali kita pernah mendengarnya disebutkan,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7). Alih-alih mensyukuri nikmat, menyadarinya saja tidak. Bahkan dalam banyak kesempatan bukan hanya tidak menyadarinya, akan tetapi malah mengingkari dan mencelanya. Betapa sering kita mencela angin, panas matahari, hujan dan berbagai nikmat Allah lainnya?

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Al Fudhail bin ‘Iyadh mengisahkan: “Pada suatu hari Nabi Dawud ‘alaihissalam berdoa kepada Allah: Ya Allah, bagaimana mungkin aku dapat mensyukuri nikmat-Mu, bila ternyata sikap syukur itu juga merupakan kenikmatan dari-Mu? Allah menjawab doa Nabi Dawud ‘alaihissalam dengan berfirman: “Sekarang engkau benar-benar telah mensyukuri nikmat-Mu, yaitu ketika engkau telah menyadari bahwa segala nikmat adalah milikku.” (Dinukil dari Tafsir Ibnu Katsir)

Imam As Syafii berkata, “Segala puji hanya milik Allah yang satu saja dari nikmat-Nya tidak dapat disyukuri kecuali dengan menggunakan nikmat baru dari-Nya. Dengan demikian nikmat baru tersebutpun harus disyukuri kembali, dan demikianlah seterusnya.” (Ar Risalah oleh Imam As Syafii 2)

Wajar bila Allah Ta’ala menjuluki manusia dengan sebutan “sangat lalim dan banyak mengingkari nikmat, sebagaimana disebutkan pada ayat di atas dan juga pada ayat berikut,

وَهُوَ الَّذِي أَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ إِنَّ الْإِنسَانَ لَكَفُورٌ

“Dan Dialah Allah yang telah menghidupkanmu, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (lagi), sesungguhnya manusia itu, benar-benar sering mengingkari nikmat.” (QS. Al Hajj: 66)

Artinya di sini, rizki Allah amatlah banyak dan tidak selamanya identik dengan uang. Hujan itu pun rizki, anak pun rizki dan kesehatan pun rizki dari Allah.

Surga dan Neraka pun Rizki yang Kita Minta

Sebagian kita menyangka bahwa rizki hanyalah berputar pada harta dan makanan. Setiap meminta dalam do’a mungkin saja kita berpikiran seperti itu. Perlu kita ketahui bahwa rizki yang paling besar yang Allah berikan pada hamba-Nya adalah surga (jannah). Inilah yang Allah janjikan pada hamba-hamba-Nya yang sholeh. Surga adalah nikmat dan rizki yang tidak pernah disaksikan oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah tergambarkan dalam benak pikiran. Setiap rizki yang Allah sebutkan bagi hamba-hamba-Nya, maka umumnya yang dimaksudkan adalah surga itu sendiri. Hal ini sebagaimana maksud dari firman Allah Ta’ala,

لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

“Supaya Allah memberi Balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rezki yang mulia.” (QS. Saba’: 4)

وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللهُ لَهُ رِزْقًا

“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.” (QS. Ath Tholaq: 11)

Teruslah bersyukur atas nikmat dan rizki yang Allah beri, apa pun itu meskipun sedikit. Yang namanya bersyukur adalah dengan meninggalkan saat dan selalu taat pada Allah. Abu Hazim mengatakan, “Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah.” Mukhollad bin Al Husain mengatakan, “Syukur adalah dengan meninggalkan maksiat.” (‘Iddatush Shobirin, hal. 49, Mawqi’ Al Waroq)



Antara tanda-tanda orang yang bijaksana itu ialah :
1. Hatinya selalu berniat suci. Lidahnya selalu basah dengan zikrullah.
2. Kedua matanya menangis kerana penyesalan (terhadap dosa).
3. Segala perkara dihadapinya dengan sabar dan tabah.
4. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.
(Sayidina Utshman bin Affan)


Kisah Sebuah Pohon Tua


Suatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang. Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya, tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga ke dalam. Pohon itu, tampak gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya.

Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya. Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka di dalam pohon itu.

Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari-harinya yang panjang. Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerendangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-dahan. "Pohon yang sangat berguna," begitu ujar mereka setiap selesai berteduh. Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai merasa sakit-sakitan. Daun-daunnya mulai kekuningan, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dahulu di milikinya. Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang-orang tidak mahu lagi mendekati dan singgah untuk berteduh.

Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku inginkan teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini? Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.

Musim telah berganti, namun keadaan tidak juga berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesedihannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang. Hingga pada saat pagi menjelang.

"Cittt...cericirit...cittt" Ah suara apa itu? Ternyata, .ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. "Cittt...cericirit...cittt", suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu...dua...tiga...dan empat anak burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya," begitu seru sang pohon.

Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka, akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk bersarang disana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih pelbagai. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar.

Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.

Sahabat, begitulah. Hikmah yang dapat kita petik melalui cerita di atas? Tuhan memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita. Tuhan, dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban buat kita. Walaupun terkadang penyelesaiannya tak selalu mudah , namun, yakinlah, Tuhan tahu yang terbaik buat kita.

Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka di saat lain, diberikan-Nya kita karunia yang berlimpah. Ujian yang diberikan-Nya, bukanlah satu harga yang tiada nilainya. Bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati. Saat Allah S.W.T memberikan cobaan pada sang Pohon, maka, sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA untuk memberikan kemuliaan kepada pohon itu. Allah S.W.T tidak memilih untuk menumbangkannya, sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. TUHAN, sedang menguji kesabaran yang dimiliki.


Wallahu waliyyut taufiq.

Dari artikel 'Bersyukur Dengan Yang Sedikit — Muslim.Or.Id'

Bersyukur dan Hitunglah Nikmat Allah yang sudah Kau syukuri

Bersyukur adalah suatu kata yang mudah diucapkan, namun dalam prakteknya sangat sulit untuk dilakukan secara istiqomah, ketika suatu kaum menerima nikmat dari Allah suatu saat bersyukur namun ketika melihat besarnya nikmat yang diberikan kepada hamba Allah yang lain, yang menurut ukuran Allah adalah telah disesuaikan dengan takarannya, namun menurut kadar kemampuan manusia lebih kecil atau lebih sedikit kenikmatan yang di berikan kepadanya. Maka ungkapan syukur yang pernah dikatakan akan lenyap, sehingga menjadi ungkapan keluh kesah, sebagaimana pernah disindir oleh Allah didalam

Alquran surat Al Ma'arij ayat 19-21:
" Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir",
Padahal ingatlah bahwa ketika mendapatkan kenikmatan dari Allah, apabila selalu berterimakasih dengan mengucapkan rasa syukur maka Allah akan menambah kenikmatan itu disebutkan dalam Alquran surat

Ibrahim ayat 7:
" Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Kenikmatan yang kita syukuri dalam hubungannya imbalan dari aktifitas yang kita lakukan, katakanlah seorang buruh tani yang rajin dan tekun, dia selalu bekerja untuk memberikan hasil karya pekerjaan yang sebaik-baiknya kepada tuannya.

Dia bekerja selalu ingin memberikan hasil garapan yang terbaik dan menerima imbalan dengan ikhlas, ketika diberi imbalan yang banyak sangat berterimakasih, namun bila diberi imbalan yang sedikit juga berterimakasih seraya malakukan muhasabah, mengoreksi kekurangan dirinya sendiri. Mungkin ada yang salah ketika bekerja atau mungkin hasilnya kurang memuaskan, tidak pernah menduga-duga bahwa majikannnya pelit, kurang perhatian, apalagi dengan membanding-bandingkan dengan imbalan yang diberikan oleh orang lain.

Namun dirinya selalu berupaya untuk bekerja dengan sebaik-baiknya, waktunya bekerja- ya bekerja, waktu istirahat ya istirahat, waktu shalat-ya shalat. Senantiasa dirinya mengontrol dan mengevaluasi dirinya sendiri. Maka pasti Allah akan menambah kenikmatannya, bisa dengan bonus, atau ketika banyak orang bingung mencari pekerjaan dirinya banyak yang membutuhkan tenaganya. Demikian pula dalam segala aktifitas yang lain, orang jawa mengatakan "enthengan" maka dimana-mana dia akan diperhatikan, baik oleh teman maupun atasannya.

Apa sajakah kenikmatan yang diberikan oleh Allah dan dirasakan oleh manusia:

1. Nikmat karena normalnya panca indra, panca indra dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Mata dapat melihat adalah kenikmatan yang tiada tara, ketika penglihatan berkurang atau yang dikenal dengan minus berapa banyak uang yang digunakan untuk memeriksakan ke dokter dan selanjutnya harus mengenakan kaca mata.

Ternyata kaca mata yang harus dipakai disamping karena menganut azas manfaat juga memenuhi standar estetika/ keindahan, yang dapat menambah daya pikat, kewibawaan dan prestise. Sehingga untuk membeli kaca mata juga membutuhkan uang yang cukup banyak, ini baru kenikmatan yang diberikan oleh Allah, dikurangi sedikit kenikmatannya dengan mengurangi penglihatan sudah harus menukar kenikmatan itu dengan beberapa jumlah rupiah.

Bagaimanakan jika matanya sakit misalnya katarak, maka untuk mengembalikan kenikmatan yang diberikan oleh Allah harus dengan operasi yang menghabiskan uang jutaan rupiah. Ini baru sakit mata, bagaimanakah jika kenikmatan-kenikmatan yang diberikan oleh Allah baik itu telinga, hidung, kulit, lidah sakit sehingga kenikmatan itu menjadi kurang, sungguh manusia untuk mengembalikan kenikmatan itu membutuhkan banyak rupiah. Maka pantas sekali bila kita menghitung nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia niscaya tidak akan dapat menghitungnya. Hal ini diwartakan oleh

Allah dalam Alquran surat Ibrahim ayat 34:

" Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah)".

Maka bagaimanakah kita mensyukuri nikmat Allah yang berupa panca indra itu, tidak lain adalah menggunakan untuk hal-hal yang positif, sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah, hal ini dilakukan dengan melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT.

2. Akal, adalah kenikmatan yang diberikan oleh Allah melebihi atas makhluk-makhluk yang lain. Karena hanya manusia yang diberi kelebihan akal, sehingga dengan akalnya itu manusia dapat menguasai dunia, segala senjata dan kekuatan makhluk yang lain untuk mempertahankan hidupnya dapat ditaklukkan oleh manusia.

Harimau binatang yang buas, dengan cakar dan taringnya yang tajam dapat melumpuhkan binatang yang lain, namun dapat ditundukkan oleh manusia dengan senjata dan obat bius dapat melemahkannya. Kecepatan binatang kijang yang amat dahsyat dapat dikalahkan dengan kecepatan pesawat, pandangan yang tajam dari burung elang dapat dikalahkan dengan alat mikroskop, teleskop dan lainnya.

Demikian pula pandangan yang tajam dari seekor kucing, anjing dan binatang malam lainnnya dapat dikalahkan dengan listrik yang dapat merubah kegelapan menjadi terang.


Inilah kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia, maka benar sekali ungkapan ahli hikmah bahwa dengan akal urusan akan menjadi mudah. Maka ketika diberikan akal yang sehat sehingga dapat melakukan aktifitas berfikir, gunakan untuk bertafakkur, memikirkan tanda-tanda dan bukti kekuasaan dan keagungan Allah.

Maka ketika manusia telah mencapai pada puncak kemajuan, dan menganggap dirnya sebagai makhluk yang paling sempurna, sesungguhnya pengetahuan dan ilmu manusia baru sebesar tetes air dari sebuah jarum yang dimasukkan kedalam samudra. Karena itu ilmu Allah amatlah luas tidak terbatas dan tidak akan habis untuk dipelajari, hal ini diwartakan oleh Allah dalam Alquran surat Al Kahfi 109:



" Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".

3. Hati, hati adalah yang merasakan, sesuatu yang benar dan baik menurut akal belum pasti sesuai dengan isyarat kemauan hati nurani, karena hati nurani berasal dari yang fitrah, menghendaki sesuatu yang benar, hati mempunyai sifat-sifat ketuhanan karenanya hati yang bersih mudah berkomunikasi kepada Allah.

Dengan hati akan memunculkan nafsu lawwamah, nafsu mutmainnah, yang karenanya ketika akal dan panca indra sudah menyatu untuk melakukan perbuatan yang tidak benar maka dalam diri muncul penyesalan, dengan penyesalan maka akan menimbulkan perasaan berdosa dan keinginan untuk bertobat.

Ketika keinginan untuk tobatpun selalu dibisiki dua kekuatan baik dan buruk, maka ketika kebaikan yang muncul maka nafsu manusia akan mengarah pada nafsu mutmainnah.

Maka bersyukulah ketika hati sudah mengarahkan pada akhlak Rabbani, sehingga dalam setiap perbuatannya akan meninggalkan kebaikan bagi makhluk yang lain.

Maka agar hati menjadi jernih, peka terhadap penderitaan dan kesengsaraan orang lain, belajarlah untuk memahami keadaan orang lain. Bagaimana orang bisa bersabar ketika sedang menerima musibah dan diri bisa tergugah rasa empatinya. Disamping itu hendaklah selalu memperbanyak zikir kepada Allah, karena zikir adalah makanan hati yang hendaknya selalu diberikan setiap hari.

4. Agama, kita hidup dalam beragama ini adalah merupakan kenikmatan, apalagi beragama Islam adalah kenikmatan yang tiada terhingga. Karena baik dan buruk, benar dan salah yang hakiki bila bersumber dari Alquran dan hadits nabi. Bagaimana ketika kita diperintahkan oleh Allah untuk mencari rizki, setelah melaksanakan shalat Jum'at agar segera bertebaran di muka bumi mencari rizki. Rizki adalah hak pribadi manusia, dengan rizki kehidupan manusia akan semakin bahagia.

Dan dengan rizki yang diperoleh bebas dikumpulkan sebanyak-banyaknya. Sehingga di Negara Barat menimbulkan faham materialisme, individualisme, faham kapitalisme, sosialisme. Maka Alquran berada dalam dua pendapat yang berbeda. Islam mengajarkan umatnya untuk mencari rizki tetapi tidak boleh melalaikan orang lain. Sehingga dari sebagian rizki itu harus dikeluarkan haknya sebesar 2,5% dari harta yang dimiliki yang disebut dengan kewajiban berzakat.

5. Alam semesta beserta isinya adalah untuk keperluan manusia:

" Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu". (QS. Al Baqarah: 29)

Didunia ini ada tanah, air, udara, surya, bulan dan bintang bintang yang tak terhitung jumlahnya. Satu hal bila didunia ini tidak ada sinar tentu tidak akan ada kehidupan, karena tidak akan ada air, udara, sinar, panas dan dingin. Semua diciptakan bagi kesejahteraan manusia.

Berapa banyak dalam setiap hari kita mengirup udara (o2) secara gratis, namun berapa rupiah oksigen yang sudah dimasukkan kedalam tabung, bisa dirasakan ketika diantara kita pernah menggunakan tabung oksigen untuk bantuan pernafasan, satu tabung bisa digunakan untuk berapa hari dan berapa rupiah yang harus dibayarkan.

Sungguh ketika kita berada dalam kondisi sehat tidak pernah merasakan betapa berharganya oksigen bagi pernafasan, karena dalam waktu 10 menit tidak ada udara niscaya kita akan mati. Ini baru kenikmatan dari Allah yang berupa udara.

Bagaimanakan dengan air, pada suatu waktu pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Azis, dalam lawatannya beliau singgah di rumah Imam Malik, didalam rumah disuguhi dengan segelas air putih. Dari itu lalu timbul perbincangan yang hangat. Imam Malik bertanya kepada khalifah, bagaimanakah sekiranya kita sedang berada ditengah padang pasir yang tandus, gersang, panas dan tidak ada kehidupan, kita berdua sudah kehabisan bekal, kecuali saya mempunyai satu gelas air putih.

Saya sangat membutuhkan dan anda juga sangat membutuhkan, kiranya berapa banyak anda mau membeli air putih tersebut? Begitu pertanyaan Imam malik kepada Khalifah Umar bin Abdul Azis. Dan di jawab oleh khalifah " saya mau membayar dengan separuh dari harta yang saya miliki". Demikianlah segelas air putih bisa bernilai sampai triyunan rupiah. Belum lagi kenikmatan dari Allah yang berupa tanah dengan segala macam kehidupan dan penghidupan didalamnya merupakan sumber kenikmatan dari Allah.


Begitu banyak kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia, sehingga begitu banyaknya nikmat yang diberikan oleh Allah, bila menghitungnya niscaya manusia tidak akan mampu. Maka ketika menerima kenikmatan itu bersyukurlah kepada Allah, dengan bersyukur Allah akan menambah kenikmatannya. Karena ketika kita banyak menyukuri atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah maka Allah akan menambah kenikmatan itu kepadanya.


Kenapa Sudah Bersyukur dan Sudah Bekerja Keras, kok Tidak Kaya ?


Dalam banyak seminar/acara motivasi, terdapat hal yang sering ditanyakan sbb :
Saya sudah menjalankan apa yang dinamakan bekerja keras.
Seperti yang dinasehatkan para motivator, saya pun sudah ikhlas & bersyukur pada pekerjaan saya ini, juga pada kondisi saya. Tetapi kenapa sampai saat ini sepertinya tidak banyak hasilnya, keuangan saya tetap begitu2 saja (tidak kaya). Ini saya sampaikan BUKAN sebagai keluhan, karena saya BERSYUKUR terhadap hidup saya ini, dan saya juga ikhlas.
Dengan keadaan seperti saya yang bersyukur, ikhlas, dan sudah bekerja keras, namun kok tetap tidak kaya ?

Berikut ini adalah jawaban2 dari berbagai motivator (salah satunya Mario Teguh), yg kami anggap cukup menjawab pertanyaan tsb.
Mohon jawaban2 ini dibaca pelan2, karena setiap jawabannya mempunyai makna yang sangat dalam, sehingga perlu dicerna pelan2, terima kasih.


JAWABAN ke 1 :
"Kalau anda sudah bekerja keras, tetapi masih juga merasa tidak menghasilkan, coba anda tanyakan pada diri anda sendiri, apakah kerja keras yang anda lakukan itu sudah sesuai dengan rencana yang akan anda hasilkan ?"


JAWABAN ke 2 :
Coba kita introspeksi diri, sebenarnya kerja keras kita ini tergolong yang bagaimana ?
Di lingkungan kerja memang kita sibuk bekerja keras, tapi bisa jadi bahwa sebenarnya kerja keras yang kita lakukan itu termasuk salah satu di bawah ini.

kerja keras "ngomongin orang",
kerja keras "yang tidak sistematis",
kerja keras "yang mikirin kepentingan sendiri",
kerja keras "mencari kegiatan2 yang mubazir",
kerja keras "mencari-cari kesalahan orang"
kerja keras "agar dianggap orang lain kita telah bekerja keras" …  dsb.

Bisa jadi sebenarnya tanpa kita sadari, kitapun termasuk diantara pekerja keras yg di atas itu.
Jadi coba meng-evaluasi diri kita sendiri, benarkah kita telah bekerja keras ?


JAWABAN ke 3 :
Jangan2 kerja keras yang anda lakukan adalah :
"KERJA KERAS untuk Tidak Melakukan Apa pun" ...
yang otomatis menjadi "BERHASIL tidak melakukan apa pun"

Yang dimaksud "tidak melakukan apa pun" adalah tidak berusaha melakukan pengembangan diri terhadap yang dikerjakannya, sehingga nilai tambah ke diri kita relatif tidak ada.
Nilai tambah itu bisa berupa kebiasaan yang lebih baik, syukur2 target2 menjadi lebih baik, dsb.

Yang lebih berbahaya adalah bisa jadi anda sebenarnya tidak melakukan apa2 tapi sudah merasa kerja keras.
Ada baiknya menggunakan terapi diri dengan menghadap cermin, sebagaimana disarankan Pak Mario Teguh, tanyakan pada diri anda melalui cermin : "Sebenarnya apa sih yang sudah anda lakukan ?!"


JAWABAN ke 4 :
Kalau ada orang yang secara fisik (plus pikiran sadar) bekerja sangat keras, tetapi secara finansial tidak mendapat banyak, maka itu menunjukkan bahwa MINDSET-nya memang tidak ingin kaya.
Untuk jelasnya ada tiga kondisi di bawah ini yg membuatnya menjadi tidak kaya.

Kondisi  A :
Memang mindsetnya sudah demikian (tidak kaya), dan memang tidak mau untuk mengubah (mengembangkan) mindsetnya.
Yang sangat dominan pada mindset seseorang adalah "PERASAAN"-nya (HATI-nya).
Jadi walau pun pikirannya ingin kaya, namun kalau hatinya tidak ingin kaya, tapi HANYA ingin bahagia dan sehat lahir bathin. Maka kerja keras yg dilakukannya cenderung menghasilkan hidup yang tidak kaya, namun bahagia dan sehat lahir bathin, tidak masalah dan tetap wajib disyukuri hidup yg demikian.

Kondisi B :
Cita-cita sesungguhnya ingin kaya “saja”, bukan ingin bermanfaat bagi orang banyak. Jadi hanya ingin kaya untuk dirinya sendiri.

Cita-cita seperti ini sangat sulit terwujud, walau pun sudah bekerja keras. Karena "KEKAYAAN (HARTA) itu hanya SEBUAH ALAT" untuk mencapai TUJUAN MULIA yaitu "BERMANFAAT bagi orang lain (orang banyak)".
Seandainya cita2 anda seperti ini, yaitu ingin kaya "saja". Maka segera diubah cita2 tsb, yaitu menjadi "INGIN BERMANFAAT BAGI ORANG BANYAK".

Dan selanjutnya setiap anda bekerja keras, orientasi dan sasarannya selalu ke arah berusaha agar yang anda kerjakan itu bermanfaat (membantu) orang lain (orang banyak). Maka otomatis anda akan diberi "alat" oleh  Yang Maha Memberi Kekayaan (Al-Mughnii), sedemikian rupa sehingga anda dapat mencapai tujuannya. Alat tersebut pada umumnya adalah "HARTA yang BERLEBIH". Karena praktis dengan harta yg berlebih, akan semakin banyak yg dapat dilakukan untuk membantu banyak orang (bermanfaat bagi banyak orang).

Kondisi C :
Cita-citanya ingin kaya, namun dalam praktek sehari-harinya tidak sesuai dengan keinginan tersebut.
Misalkan kurang dermawan (alias pelit). Hal ini sama saja dengan “pikirannya” ingin kaya, namun "MINDSET-nya" ingin miskin.

Membiasakan diri tidak dermawan (pelit), akan membentuk perasaan bahwa "HARTA KITA SEDIKIT", artinya kita "TIDAK KELEBIHAN HARTA". Otomatis ini akan membentuk "MINDSET tidak kelebihan harta (Mindset tidak kaya)". Yang tentu saja mindset tidak kaya inilah yang akan membawa diri anda untuk menjadi tidak kaya, bahkan miskin.  Walau pun telah bekerja keras, namun setiap kerja keras itu akan diarahkan oleh mindset kita untuk tidak menghasilkan harta yg berlebih.

Membiasakan diri untuk dermawan (suka memberi dng ikhlas), akan mendorong kita untuk merasakan bahwa kita "seolah-olah kelebihan" harta. Dan ini akan membentuk "MINDSET kelebihan harta (Mindset Kaya)". Yang tentu saja mindset kaya inilah yang akan membawa diri anda untuk menjadi kaya. Jadi disadari atau pun tidak, otomatis kerja keras anda akan "digiring" oleh mindset anda sedemikian rupa sehingga anda menjadi kelebihan harta (kaya).

 


Berbicara mengenai masalah syukur, saya jadi teringat akan suatu kajian pada suatu pekan tentang cerita masalah syukur ini. Kira-kira ceritanya seperti ini.


Dikisahkan, ada seseorang suatu hari pergi ke surga dan seorang malaikat menemani dan menunjukkan keadaan di surga. Mereka berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarnya berhenti di depanruang kerja pertama dan berkata, ” Ini adalah Seksi Penerimaan. Di sini, semua permintaan yang ditujukan pada Alloh diterima”.

Orang itu melihat-lihat sekeliling tempat ini dan didapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.

Kemudian orang itu dan malaikat berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah mereka pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, “Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan dan nikmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya”. Mereka melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangatkecil. Yang sangat mengejutkan orang itu, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun.

“Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih”, kata Malaikat pelan. Orang itu tampak malu.

“Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?”, tanyanya.

“Menyedihkan”, Malaikat menghela napas. ” Setelah manusia menerima nikmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih”.

“Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas nikmat Allah?”, tanyanya.

“Sederhana sekali”, jawab Malaikat. “Yg paling sederhana & ringan adalah cukup berkata, “Terima kasih, ya Allah”.

Kurang lebih ceritanya seperti itu.


Syukur itu suatu perkara yang mudah, namun bisa menjadi tidak begitu mudah untuk diterapkan. Mudah sekali untuk mengatakan bersyukur, namun bisa terasa sulit sekali untuk merealisasikan rasa syukur itu.

Bersyukur memang harus dilatih terus menerus, agar bisa menjadi suatu kebiasaan. Awalnya mungkin memang susah, makanya pada awalnya mungkin perlu “pemaksaan” sedikit agar mau menjadi pribadi yang pandai bersyukur. Kita harus bisa membiasakan diri membuka mata hati untuk mampu melihat agar bisa melatih diri kita untuk bisa bersyukur.

Lalu, berkat apa saja yang perlu kita syukuri? Semuanya yang kita miliki, semuanya yang sedang kita hadapi, semua yang sedang kita rasakan, harus kita syukuri.

Darimana dan sejak kapan harus mulai belajar bersyukur? Dari mulai dari sekarang dan bisa dilakukan sejak kita bangun dari istirahat malam (tidur). Perlahan kita belajar untuk bisa bersyukur dari hal-hal yang kecil. Bersyukur bukan hanya selalu identik dengan nikmat yang berupa harta benda.

Ketika bangun dari tidur, itu pun bisa dijadikan sarana untuk belajar bersyukur dari hal yang sangat kecil. Coba kita mulai berfikir ketika bangun tidur, betapa sayangnya Allah sama kita, ternyata masih diberi kesempatan untuk menikmati udara pagi kembali setelah semalaman tertidur pulas dalam keadaan tak sadar. Kita tidak akan pernah tahu saat diri ini tak sadarkan diri, tapi ternyata di pagi ini kita diberi kesempatan untuk bisa menikmati udara pagi-Nya kembali. Bukankah itu suatu nikmat yang sangat luar biasa? dan tentunya wajib untuk kita syukuri.

Beranjak siang, ketika duduk di meja makan menikmati sarapan pagi. Jadikan sarapan pagi ini pun sebagai media untuk belajar bisa bersyukur. Alhamdulillah kita ucapkan pada Allah, meskipun sarapan hanya nasi putih, lauk tempe dan sambal. Karena di luar sana masih banyak saudara-saudara kita yang belum tentu bisa menikmati sarapan pagi.

Kemudian menuju tempat kerja. Jangan pernah sekalipun mengeluh atas pekerjaan yang kian menumpuk, karena mengeluh bisa jadi itu adalah bentuk tidak mensyukuri nikmat Allah. Syukuri dan nikmati saja pekerjaan itu dengan bijak. Karena tidak kah kita sadari bahwa di luar sana masih banyak orang-orang yang kebingungan mencari pekerjaan.

Jika kita tidak memiliki uang sama sekali, namun masih ada sodara, sahabat ataupun tetangga yang mau meminjami kita uang, berarti kita masih beruntung, karena mereka masih mempercayai kita dengan meminjaminya uang. Sebab di luar sana banyak orang yang sudah tidak bisa dipercaya lagi.

Jadi, mari kita belajar untuk bisa menjadi manusia-manusia yang pandai bersyukur dengan dimulai dari hal-hal yang kecil. Namun juga harus optimis untuk bisa lebih jauh lagi bagaimana caranya mensyukuri nikmat-Nya. Bersyukur harus dimulai dari sekarang, apapun bentuk nikmat itu. Jangan sampai ditunda-tunda. “Bersyukurnya nanti ajalah nunggu kaya”. Lah, kalau tidak pernah kaya-kaya, jadi ga mau bersyukur gitu. Bukan seperti itu tentunya. Nikmat-Nya tidak selalu dalam bentuk harta benda. Namun bila semuanya dirasa sudah bisa, dari hal-hal yang terkecil kiranya sudah mampu, tentu saja harus ada peningkatan dalam menyikapi bersyukur ini. Setelah dengan ucapan, tingkatkan dengan tindakan, maksudnya jika telah mampu, bersyukur tentu saja bukan hanya sekedar mengucapkan “Alhamdulillah” semata.

Mari kita nikmati hari-hari kita ini dengan indah. Renungkan dan syukuri berkah yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Dan marilah kita satu sama lain, untuk saling mengingatkan agar bersama-sama belajar untuk menjadi pribadi-pribadi yang pandai bersyukur, dan dijauhkan dari sifat kufur.

“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS An Naml (27): 19)

“Terima kasih, ya Allah! Alhamdulillah, atas anugerah-Mu dengan mengirimkan aku begitu banyak sahabat-sahabat yang istimewa untuk saling berbagi.”

Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu .”

 
sumber :
http://www.untajiaffan.com/2013/03/bersyukur-dan-menghitung-nikmat-allah.html
http://mabrurisirampog.wordpress.com/2012/06/29/belajar-bersyukur-dari-hal-hal-yang-terkecil/

Selasa, 30 Juli 2013

Gangguan Setan ketika bayi Lahir dan balita

Ketika bayi baru saja dilahirkan, maka orang tuanya disyariatkan untuk mengazani telinga kanan si bayi dan memberi bacaan iqomah di telinga kirinya.

Hal tersebut dilakukan untuk menjauhkan si bayi dari godaan setan. Setan ini akan mengganggu manusia sejak pertama lahir.

 


Berikut Kisahnya
Ada sebuah hadits, dari Abu Hurairah ra yang meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak ada seorang bayi pun dari anak Adam yang terlahir kecuali ia pasti mendapat tusukan dari setan sehingga bayi itu menangis dan menjerit karenanya, kecuali Maryam dan putranya (Nabi Isa as)."
(HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda,
"Jeritan bayi ketika lahir adalah karena mendapat tusukan setan."
(HR. Muslim).

Dari hadits di atas dijelaskan bahwa semua manusia, entah itu orang tuanya muslim atau tidak, ketika bayi lahir maka akan didatangi setan dan diganggu pada saat dilahirkan. Datangnya setan pada saat itu adalah untuk menancapkan tusukan ujung jarinya pada kedua mata anak Adam.

 

Jin merupakan makhluk ciptaan Allah yang ghoib atau tidak tampak atau orang sering menyebutnya dengan makhluk halus. Sebagai makhluk halus tentu saja kita sebagai manusia tidak dapat melihat mereka meskipun mereka berkeliaran di sekitar kita dan dapat melihat kita. Sebagaimana manusia, jin ada yang baik dan beriman kepada Allah dan ada pula yang jahat (kita sering menyebutnya dengan iblis atau setan).

Iblis memusuhi manusia sejak zaman nabi Adam, dan iblis berjanji akan mengganggu dan menyesatkan anak cucu Adam. Usaha iblis menyakiti manusia dimulai sejak anak adam dilahirkan di dunia. Anak bayi yang baru lahir masih dalam keadaan yang lemah dan tak berdaya, sehingga anak bayi menjadi sasaran empuk bagi jin untuk mengganggu.

Banyak orangtua tidak tahu ciri-ciri bayi diganggu jin karena kadang-kadang anak bayi tidak menunjukkan tanda yang spesifik. Sering kali orangtua kebingungan jika anak bayi rewel dan menangis tidak henti-henti padahal tidak lapar, tidak haus, dan tidak sakit. Padahal bisa jadi anak bayi yang rewel seperti itu karena bayi diganggu setan. Sehingga mereka kurang tepat dalam menangani anak bayi yang seperti itu. Oleh karena itu hendaknya orangtua mengetahui ciri-ciri bayi diganggu jin supaya mereka tahu apa yang seharusnya dilakukan terhadap bayi mereka. 




Namun sebelum mencurigai bahwa bayi diganggu jin, maka kita harus memastikan bahwa bayi kita menangis bukan karena lapar, haus, sakit, BAB, mengompol, atau mengantuk. Berikut ini beberapa ciri-ciri bayi diganggu setan:
Anak bayi menangis terus-menerus sambil menghentak-hentakkan kaki dan badannya seperti ada yang membuatnya takut atau tidak nyaman. Biasanya ini terjadi secara tiba-tiba padahal sebelumnya tidak apa-apa.


Anak bayi menangis dan ketakutan jika melihat ke suatu tempat misalnya sudut rumah atau yang lainnya. Kadang-kadang jin menampakkan dirinya pada bayi sehingga bayi akan ketakutan.


Kadang-kadang jin mengganggu anak bayi dengan suara yang juga bisa membuat bayi menangis.
Tangisan bayi sulit untuk dihentikan meskipun diberi ASI dan digendong.
Yang paling ekstrim dan jahat adalah menyakiti bayi dengan sihir. Ini biasanya dilakukan oleh dukun-dukun jahat yang dibantu oleh setan dengan tujuan tertentu. Sehingga kita melihat hal-hal aneh terjadi pada bayi misalnya adanya benda-benda asing pada tubuh bayi yang sebelumnya tidak ada. Cara ini sangat sering dilakukan oleh dukun atau tukang sihir.

Jika anak bayi menunjukkan gejala-gejala bayi diganggu setan, maka yang harus dilakukan oleh orangtua adalah berdoa kepada Allah meminta perlindungan dari-Nya supaya gangguan tersebut hilang. Selain itu juga doa sebelum hal itu terjadi yaitu dengan doa-doa yang telah diajarkan oleh Nabi misalnya rajin membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas, dan ayat Kursi tiap pagi dan sore. 


Upaya pencegahan lain untuk menghindari bayi diganggu jin adalah tidak membawa anak bayi keluar rumah setelah matahari terbenam serta menutup pintu dan jendela dengan membaca basmalah karena setan mulai berkeliaran di waktu tersebut


Setan Mencari Pengikut.

Tujuan setan menusukkan jarinya tersebut adalah setan berharap kelak di kemudian hari, anak Adam tersebut menjadi pengikut setianya. Matanya tidak bisa "MELIHAT" dengan benar antara yang baik dan yang jahat.

Kebaikan akan tampak menjadi bayang-bayang yang samar sehingga ia akan enggan menuju ke arah kebaikan tersebut. Kejahatan akan tampak seperti kilauan cahaya yang snagat meggiurkan sehingga ia akan berlari untuk menyongsongnya.

Oleh karena itu, Rasululah SAW memberi tuntunan kepada umatnya agar terhindar dari gangguan setan pada saat bayi dilahirkan.

Pertama.
Dengan diazani pada telinga kanannya dan diiqamatkan pada telinga kirinya.
Ibnu Abbas ra menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Ajarkanlah kalimat 'Laa ilaaha Illallahu' kepada anak-anakmu sebagai kalimat pertama yang mereka dengar."
(HR. Al-hakim).

Rasulullah SAW juga bersabda,
"Barang siapa yang mendapati seorang bayi yang dilahirkan, kemudian diazankan di telinga kanannya dan diiqamatkan di telinga kirinya, maka ia tidak akan diganggu oleh Ummu Shibyan (setan yang selalu mengganggu anak kecil)."
(HR. Ibn Sunny dari Hasan ibn Aki ra).

Menurut Rasululah SAW, setan akan ketakutan dan berlari sejauh-jauhnya apabila mendengar suara azan.

Kedua.
Hal kedua yang bisa dilakukan pada bayi yang baru lahir adalah dengan dibacakan surat Al Ikhlas pada kedua telinganya.
Imam Muhyiddin ABi Zakaria Yahya dalam kitabnya Al Adzkar Al Nawawiyyah menjelaskan bahwa Rasullah SAW membacakan surat Al khlas pada telinga anak yang baru dilahirkan.

Ketiga.
Dengan mendoakan bayi yang baru dilahirkan.
Untuk meghindari bisikan setan pada bayi adalah dengan membacakan Surat Ali Imran ayat 36 dengan maksud untuk memohonkan perlindungan Allah SWT untuk anak yang baru dilahirkan agar terhindar dari godaan setan yang terkutuk.

فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالأنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Artinya:
Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk."


Doa keselamatan dan perlindungan untuk anak.
"Ya Allah, kumohon perlindungan kepada-Mu untuk anak ini dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan dan kesusahan, dan dari pandangan mata yang menyakitkan."
(HR. Bukhari).



sumber :
http://namabayiislam.com/merawat-bayi/ciri-ciri-bayi-yang-mengalami-gangguan-jinmakhluk-halus/
http://ibnuabbaskendari.wordpress.com/2011/07/26/mengatasi-bayi-sering-menangis/
http://kisahislamiah.blogspot.com/2012/01/godaan-setan-ketika-bayi-lahir.html 

Macam-Macam Sentuhan Setan Pada Diri Manusia


Sentuhan setan itu ada tiga macam, yaitu sentuhan berupa kesurupan, sentuhan menembus jasad manusia tanpa kasurupan, dan sentuhan dengan menguasai dan menimbulkan sakit.

a. Sentuhan Berupa Kasurupan

Sentuhan berupa kesurupan ini terjadi jika Jin menguasai badan manusia seperti halnya api menguasai besi. Jin ini menundukkan manusia hingga ia kehilangan kemampuan berpikir dan kemampuan indrawi. Di badannya pun akan tampak sifat, tingkah laku, dan kekuatan Jin. Ia tidak lagi bersifat manusia. Hal itu bisa berlangsung selama beberapa detik atau menit atau bahkan terkadang lebih dari satu jam atau hari.

Orang yang mengetahui kesurupan itu merasa bahwa orang yang dilihatnya tidak dalam kondisi yang sadar (tidak normal). Jenis sentuhan ini akan mengenai orang yang lemah dalam beragama.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:


الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ

"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila ...." (Al-Baqarah 2:275)

Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan bahwa mereka bangkit dari kubur seperti orang yang sadar dari kasurupan dan kemasukan setan. Tujuannya adalah untuk menegakkan kemungkaran.

Ya'la bin Murrah berkata, "aku melihat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, tiga kali. Tidak seorang pun melihat beliau sebelumku dan tidak pula orang lain melihat beliau setelahku. Aku keluar bersama beliau dalam suatu perjalanan. Apabila kami sampai di sebagian perjalanan, kami melewati seorang wanita. Saya tidak mengetahui berapa kali kejadian itu. Wanita itu berkata, 'Ya Rasulullah, ini bayiku, tertimpa bala, kami tertimpa bala itu beberapa kali dalam sehari. Beliau bersabda, 'Bawalah (bayi itu) kepadaku. Maka ia pun mengangkatnya kepada beliau, maka bayi itu berada antara beliau dan kelompok musafir. Beliau mendekatkan mulut lalu mengembuskan kepadanya tiga kali dengan mengucapkan, Dengan nama Allah, aku hamba Allah, usirlah musuh Allah.' (Perawi) berkata, 'Kami pun kemudian pulang, lalu kami menemui (wanita itu) di tempat yang sama dengan tiga ekor kambing. Beliau bertanya, 'Apa yang dilakukan bayimu ?" (wanita itu) di tempat yang sama dengan tiga ekor kambing. Wanita itu menjawab, 'Demi yang mengutusmu dengan haq, kami tidak merasakan sesuatu darinya hingga hari Kiamat.' Lalu beliau menyembih kambing-kambing itu seraya bersabda, "Turunlah, ambillah satu darinya dan kembalikan sul sesuatu dalam shalatku hingga aku tidak tahu shalat apa yang sedang aku kerjakan. Ketika aku sadari, akisanya." (HR. Ahmad)



Utsman bin Abil Ash berkata, "Ketika Rasulullah menjadikan aku sebagai utusan ke Thaif, muncu mendatangi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Beliau menyapa,'Ibnu Abil Ash ?" Aku menjawab, 'Ya, wahai Rasulullah.' Beliau bertanya,'Apa yang terjadi padamu?" Aku menjawab,'Ya Rasulullah, muncul sesuatu dalam shalatku hingga aku tidak tahu shalat apa yang sedang aku kerjakan.' Beliau bersabda, 'Itu setan. Mendekatlah (ke sini).' Aku pun mendekati beliau dan duduk di atas perut kakiku. (Perawi) berkata,' Beliau memukul dadaku dengan tangan beliau dan meludah pada mulutku seraya mengucapkan, 'Keluarkan wahai musuh Allah. "Beliau melakukannya tiga kali kemudian berkata,'Lakukan amalanmu ini." Utsman berkata, aku yakin setan itu tidak akan menggangguku setelahnya." (Shahih Ibnu Maajah)

Abdullah bin Ubaidillah berkata,"Aku mendengar Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Ali al-Abkari. Datang kepada kami seorang dari Abkari pada bulan Zulka'dah tahun 352. Ia berkata,'Ayahuku menceritakan kepadaku dari kakekku, ia berkata, 'Aku berada di dalam masjid Abu Abdullah Ahmad bin Hanbal, maka datanglah kepada al-Mutaakkil, temannya, untuk memberi tahu bahwa seorang budak miliknya kasurupan. Ahmad memintanya untuk mendoakan kepada Allah agar disembuhkan. Lalu Ahmad mengambil dua sandal kayu dari tempat wudhu lalu diberikan kepada temannya. Bawalah ini ke kampung Amirul Mu'minin. Duduklah engkau pada bagian kepala budak ini. Lalu engkau katakan kepada Jin dalam tubuhnya. Ahmad berkata kepadamu, 'Manakah yang lebih engkau sukai, keluar dari budak perempuan ini atau terkena tampar dengan sandal ini tujuh puluh kali ?' Teman ini pun pulang dan mengatakan seperti yang dikatakan Imam Ahmad. Maka Jin itu berkata melalui lisan wanita budak ini, '(Aku) mendengar dan taat kalau Ahmad memerintahkan kami untuk tidak tinggal di Irak, maka kami tidak menetap di Irak. Ia orang yang taat kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada Allah, maka setiap sesuatu (Allah) jadikan taat kepadanya. Jin itu pun keluar dari budak perempuan lalu budak ini merasa tenang dan melahirkan beberapa anak."

Ketika Ahmad meninggal, Jin ini kembali ke budak wanita tadi. Al-Mutawakkil pun mendatangi temannya, Abu Bakar al-Maruzi dan memberitahukan kondisinya. Lalu al-Maruzi mengambil sandal dan membawa ke budak itu. Lalu Ifrit mengatakan kepadanya melalui lisan budak itu, 'Aku tidak akan keluar dari wanita ini. Aku tidak menaatimu dan tidak menerima perintahmu. Ahmad bin Hanbal menaati Allah, maka Allah memerintahkan kepada kami untuk menaatinya." Abul Hasan al-Asy'ari berkata, "Sesungguhnya mereka berkata, "sesungguhnya Jin tidak dapat masuk ke dalam badan orang yang kasurupan."

Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan, 'Tidak ada para imam kaum muslimin yang mengingkari masuknya Jin ke dalam tubuh orang yang kasurupan. Barangsiapa mengingkari hal itu dan mengaku bahwa syara' mendustai kejadian itu, maka ia telah berdusta terhadap syara' tidak ada dalil syar'i yang menafikan hal itu."

Ibnu Hazam menyatakan, "Hal yang benar adalah setan masuk ke dalam tubuh manusia karena Allah memberikan kemampuan kepadanya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran dan mengembuskan tabiatnya yang kelam dan embusan yang bisa naik ke kepala, sebagaimana ia memberitakan dirinya kepada setiap orang yang kasurupan. Maka Allah jadikan orang itu dalam keadaan kasurupan kala itu sebagaimana yang kita saksikan. Ini merupakan nash Al-Quran."

Al-Qurthubi menyatakan, "Akal tidak memustahilkan adanya tingkah laku para Jin dalam diri manusia. Jasad Jin itu halus dan sederhana sebagaimana dikatakan oleh sebagian manusia, bahkan kebanyakan mereka mengatakan,'Andai tubuh itu tebal, benar pula yang mengatakan hal itu."

Ibnu Hajar berkata,"Kasurupan itu kadang disebabkan karena datangnya Jin. Hal ini tidak akan menimpa kecuali terhadap jiwa yang jelek, baik karena Jin menganggap baik penampilan manusia atau bahwa kasurupan yang menimpakan penderitaan kepadanya. Ibnu Hajar menarjihkan bahwa kasurupan yang menimpa Ummu Zafar seorang sahabiah yang meminta kepada Rasulullah untuk mendoakannya agar sembuh karena kemasukan Jin. Perawi berkata,'Periwayatan ini dari berbagai jalan yang menjelaskan bahwa yang menimpa Ummu Zafar adalah kasurupan Jin, bukan kasurupan al-akhlath (kasurupan karena faktor medis) ."

Imam'adz-Dzahabi rahimahullah berkata, "Apabila engkau melihat seorang ahli bid'ah berkata,'Jangan sebutkan kepada kami dalil dari Al-Quran dan Sunnah tetapi coba buktikan dengan logika, maka ketahuilah bahwa ia adalah Abu Jahal.' Jika Anda mendapat orang yang mencari ketauhidan seraya berkata, 'Jangan sebutkan dalil naqli dan aqli, namun buktikan kepada kami dengan perasaan dan emosional, maka ketahuilah bahwa ia adalah Iblis yang menampakkan diri dalam bentuk manusia atau menjelma bentuk manusia, maka hindarilah. Jika tidak, maka jidalilah (bantahan keras) dia, dan duduklah di atas dadanya, bacalah ayat kursi kepadanya dan cekiklah ia."

Salah satu peristiwa yang menjelaskan hal ini adalah bahwasanya al-Hajjal bin Yusuf hendak berpegang dengan opini umum manusia. Ia pun keluar dalam keadaan kurang puas. Ia menemui syekhnya. Ia berkata, "Apa pendapatmu terhadap para pemimpinmu ?" Syekh itu menjawab, "sesungguhnya mereka dalam kegelapan yang menunjukkan bahwa mereka bukan orang yang memadai (kehidupannya).' Hajjaj bertanya lagi, 'Bagaimana pendapatmu tentang pemimpinmu al-Hajjaj ?" Ia menjawab, 'Sesungguhya ia bersifat dengan etika rendahan dan tidak memiliki fadhilah.'

Maka al-Hajaj merasa sedih dengan pertanyaanya itu seraya membaca ayat:



"Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu ... (Al-Maa'idah 5:101)

Al-Hajjaj kemudian berkata kepada syekh, Tahukah engkau siapa saya?' Syekh itu, menjawab, 'Tidak'. Al-Hajjaj berkata,'Aku adalah al-Hajjaj.' Syekh berkata, 'Saya Zaid bin Amir yang kasurupan setan setiap hari. Aku sedang kasurupan, sehingga aku tidak tahu apa yang aku katakan. Karena itulah manusia tidak menghukumku terhadap perkataan atau perbuatanku dan hal yang timbul tiba-tiba dariku, maka Al-Hajjaj memaafkan karena kepandaiannya untuk mengelak."

b. Sentuhan yang Menerobos Badan, Tanpa Kasurupan

Jin yang menerobos tubuh manusia dapat terjadi pada orang yang saleh dan yang tidak. Dengan begitu maka akan terasa sakit, tanpa ada kesurupan dan kadang kala berubah menjadi kasurupan. Hal ini terjadi karena si penderita lalai berzikir dan lainnya. Jin tidak mampu menyebabkan kasurupan pada manusia dengan terobosannya kecuali jika ada faktor yang mendukung. Dalam hadits tentang hal ini, diriwayatkan Muslim dan Abu Dawud dari Abu Sa'id al-Khudri r.a. beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Apabila salah seorang di antara kamu menguap maka hendaklah ia menaruh tangannya pada mulutnya, karena setan dapat masuk. (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Masuknya Jin ke Dalam Badan itu Ada Dua Macam:

Pertama, masuknya dengan mengganggu. Dalam hal ini, Jin mengalir dalam tubuh manusia melalui aliran darah hingga membisiki hati dan dada, mengganggu dengan sesuatu yang melalaikan orang itu dari amal saleh, sehingga melupakannya pekerjaan apa yang dilakukannya dan apa yang hendak dikerjakannya, orang itu tidak tahu di mana Jin itu dan mengapa hal itu terjadi.


Dari Shafiah binti Huyai, istri Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,, bersabda, "Sesungguhnya setan itu mengalir pada anak Adam di tempat aliran darah." (HR. Bukhari)

Syekh Abdul Aziz as-Salman menyatakan bahwa setan menerobos badan manusia dan mengalir sebagaimana aliran darah.

Al-Amit ash-Shan'ani berkata, "Hakikatnya adalah sesungguhnya Iblis memiliki tentara yang terdiri dari Jin dan manusia yang merupakan bantuan terbesar dalam usaha untuk menyesatkan seorang hamba. Allah telah memberikan kemampuan kepada Iblis untuk masuk kedalam tubuh manusia, mengganggu dan membisiki hati manusia dengan"belalainya". Ia juga masuk ke dalam mulut berhala (patung) dan menyampaikan ucapannya ke dalam pendengaran kaum penyembahnya. Ia juga melakukannya pada orang yang menyembah kuburan karena Allah Ta'ala telah mengizinkannya untuk menerobos anak Adam dengan kuda tunggangan dan kakinya."

Sebagian orang menyangka bahwa adanya Jin yang mengalir di dalam tubuh manusia seperti yang disebutkan dalam hadits Shafiah yang lalu bukanlah dalam arti mengalir yang sebenarnya, melainkan bermakna majaz. Inilah sejumlah dugaan yang ada karena hadits yang menyebutkan masalah ini merupakan keterangan yang pasti dan jelas, tidak ada qarimah (indikasi lain), sehingga dipahami bukan secara makna zahir dan tidak pula secara ilmu kedokteran atau secara logika yang menafikan hal itu.

Jin memiliki kemampuan yang besar untuk itu yang tidak dapat dicapai oleh manusia sebagaimana manusia tidak mampu untuk mengetahui bagaimana cara terjadinya kasurupan. Para Jin dapat menggambarkan sesuatu di dalam mimpi dan memberitahukan apa yang ada di dalam hati. Hal ini juga telah disebutkan dalam Sunnah.

Al-Alamah bin Baz rahimahullah berkata, "Bahwa hal yang wajib adalah memahami hadits tersebut secara zahir tanpa menakwilkan dengan pemahaman yang berlawanan dengan makna zahirnya, karena setan merupakan jenis makhluk yang tidak diketahui rincian ciptaannya dan caranya untuk menguasai anak Adam. Hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengetahui hal itu."

Kedua, Sentuhan yang menggerakkan. Dalam sentuhan menggerakkan ini, setan menerobos tubuh manusia. Ia melakukan wakhz yaitu menusuk dari dalam tubuh, kadang menembus hingga keluar. Lebih lanjut, ia bereaksi buruk hingga menyebabkan penyakit berat seperti kolera dan lainnya.


Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari hadits Abu Musa ia meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bersabda,"Umat ini musnah karena tusukan (peperangan) dan thaun (koleral) Mereka bertanya, "Ya Rasulullah, tusukan ini kami mengetahuinya, apa itu tha'un ?" Beliau menjawab, 'Tusukan musuhmu yakni Jin dan setiap yang merupakan syahadah (syahid bagi yang mati karenanya)." (Shahih al-Jaami')

Al-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan mengenai sabda wakhz. Ahli bahasa berkata yaitu tusukan apabila tidak mengenai sasarannya, disebut dengan wakhz karena ia menusuk dari dalam batin manusia ke keluar. Pengaruh yang ditimbulkannya terjadi dari dalam terlebih dahulu, kemudian baru memberi efek keluar. Terkadang tusukan itu tidak tertembus, berbeda dengan tusukan manusia yang dimulai dari luar kemudian ke dalam dan meninggalkan bekas di bagian luar dulu kemudian baru ke bagian dalam.

Himnah binti Jahsy mengatakan pernah aku mengeluarkan haid yang sangat banyak, lalu aku menemui Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,. Aku berkata, "Ya Rasulullah, aku perempuan yang sangat banyak berhaid. Apa pendapatmu tentang itu yang menyebabkan menghalangi untuk shalat dan puasa ?" Beliau menjawab, 'Aku menjelaskan Anda tentang al-Kursuf, karena ia dapat menghilangkan darah." (Perawi) berkata, '(Darah) lebih banyak daripada itu. Beliau bersabda, "Gantungkanlah."(Perawi) berkata, 'Hanya ia mengalir (banyak). Beliau bersabda kepadanya, '(itu) hanyalah salah satu gerakan (yang dilakukan) setan." (HR. Abu Dawud)

Al-Jauhari berkata, ar-rakdhu, gerakan seseorang, di antara firman Allah Ta'ala, "Allah berfirman:


ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ

'Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (Shaad 38:42)

Imam Badruddin menyatakan bahwa setan bereaksi dalam hal cairan khusus. Dengan demikian ia dapat menyebabkan berlebihannya cairan badan. Karena itu pula, tukang sihir dengan bantuan setan bereaksi untuk mencucurkan darah pada wanita dan aliran darah dari kemaluannya, sehingga hampir saja membinasakannya. Inilah yang dinamakan sebagai an-nazif. Dalam hal ini para tukang sihir dibantu oleh setan, begitu pula dengan darah (pada kemaluan perempuan). Maka ucapkan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Sebagiannya membuktikan kebenaran, ini merupakan pengobatan dan penjagaan diri.

c. Sentuhan Berupa Tusukan dan Menguasai

Pertama, Sentuhan tusukan. Dalam hal ini setan memukul dengan kakinya dan menusuk dengan dua jarinya dari luar dan melemparkan anak panahnya dan seterusnya yang merupakan usahanya untuk menimbulkan pemusuhan antara dirinya dan anak Adam. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bersabda, "Tidak (seorang bayi pun) yang dilahirkan melainkan ia disentuh setan lalu (bayi) itu menangis kecuali Maryam dan anaknya, karena firman-Nya kepada ibunya,

Allah Ta'ala berfirman:


وِإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

'... dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk." (Ali Imran 3:36)

Dalam riwayat Abu Hurairah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, berkata,"Setiap bani Adam ditusuk setan pada lambungnya dengan dua jarinya ketika dilahirkan, kecuali Isa bin Maryam, (setan) datang untuk menusuk maka ia menusuk pada hijab (penghalang)."

Salah satu dalil yang menunjukkan bahwa tusukan itu berlaku umum adalah riwayat Ibnu Maajah dari hadits Zainab istri Abdullah bin Mas'ud r.a, "Sesungguhnya ruqyah (syirkiyyah), tamimah dan tiwalah itu syirik."

(Perawi) mengatakan lalu aku keluar pada suatu malam. Aku melihat seseorang air mataku menetes bila memandangnya. Apabila aku membaca ruqyah, maka air mata pun berhenti (bercucuran), apabila tidak (membacanya lagi) maka air mata bercucuran. Ia berkata, "Itulah setan, apabila engkau menaatinya maka ia meninggalkanmu, dan apabila engkau mengingkarinya maka ia menusuk dengan jarinya pada matamu, namun jika engkau melakukan sebagaimana yang diperbuat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka itulah yang lebih baik bagimu dan lebih pantas untuk kesembuhanmu. Berkorbanlah dengan cucuran air matamu dan katakanlah. "Hilanglah penyakit, wahai Tuhan manusia, sembuhkanlah, Engkaulah penyembuh, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan (dari)-Mu, yang tidak terulang lagi penyakit." (HR Ibnu Maajah)

Kedua, Sentuhan istihwaz. Yaitu seseorang yang dikelilingi setan dari segala sudut. Sebagian mereka ada yang mengganggu, ada yang menyembur dan ada pula yang menguasainya dengan mengganggunya, dan menyemburnya terhadap yang tidak ber-ta'awwuz dan doa. Orang yang dikuasainya itu kebingungan. Ia tidak dapat membedakan mana yang makruf sehingga ia menganggap mungkar. Ia tidak mengetahui yang mungkar sehingga ia menganggap makruf. Hal itu tentu memberikan pengaruh bagi jiwa dan anggota badan dengan kondisi keragu-raguan. Orang yang itu akan mengerjakan sesuatu tanpa tujuan. Ia merasa senang mengerjakan sesuatu yang bukan keinginannya karena setan menguasainya. Mereka yang mengalaminya adalah kaum fasik dan pelaku maksiat. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:


اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُوْلَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ

"Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi." (Al-Mujaadalah 58:19)

Ibnu Katsir menyatakan dalam tafsirnya bahwa setan menguasai hati mereka sehingga sering melupakan mereka untuk berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla. Ia meriwayatkan dari Abu Darda bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidaklah tiga kampung atau pelosok yang tidak dilaksanakan shalat di antara mereka melainkan setan menguasai mereka, maka hendaklah kamu berjamaah karena serigala hanya memakan kambing yang berpisah (dari jamaahnya)" (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan an-Nasa'i)

Ia menambahkan bahwa as-Saib berkata mengenai shalat berjamaah. Firman Allah Ta'ala:


وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

"Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Tuhan) yang maha pemurah (Al-Qur'an), kami adakan baginya setan (yang menyesatkan maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya." (Az-Zukhruf 43:36)

Al-Baghawi menyatakan mengenai berpaling dari zikir kepada Ar-Rahman, sehingga ia tidak merasa takut kepada siksa-Nya dan tidak mengharapkan ganjaran-Nya. Nuqayyidh Lahusy Syaithan artinya kita yang dipengaruhi setan dan dikuasainya, yang dijadikan teman, tak pernah berpisah dengannya, dihiasai sifat buta kepadanya dan mengkhayalkan bahwa itulah hidayah.

Sumber: http://www.ruqyah-online.blogspot.com

http://www.akhirzaman.info

Fenomena Kesurupan Jin dalam Pandangan Islam

cara mengusir jin penunggu rumah

Manusia terkait dengan fenomena kesurupan jin, terbagi menjadi dua golongan:

1. Mereka yang mempercayainya dan meyakininya. Itulah keyakinan umumnya kaum muslimin.

2. Mereka yang mengingkarinya, dan menganggap itu bukan kesurupan jin. Keyakinan ini menjadi salah stau prinsip aliran liberal, mengikuti pemahaman pendahulunya, sekte Mu’tazilah. Untuk yang kedua ini tidak perlu dilirik, karena mereka lebih mengedepankan akal dan logika sederhana, ketimbang dalil Alquran dan sunah.

Lalu Bagaimana Islam Memandang?

Berikut beberapa catatan yang bisa kita jadikan bahan pertimbangan untuk membuat kesimpulan yang lebih benar:

Pertama, terdapat banyak dalil dari Alquran dan hadis yang menggambarkan keberadaan penyakit kesurupan jin. Diantaranya,

1. Allah berfirman, menceritakan keadaan pemakan riba ketika dibangkitkan,

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا

“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba…” (QS. Al-Baqarah: 275)

Keterangan Ibnu Katsir,

أي لا يقومون من قبورهم يوم القيامة إلا كما يقوم المصروع حال صرعه وتخبط الشيطان له ، وذلك أنه يقوم قياماً منكراً ، وقال ابن عباس : آكل الربا يبعث يوم القيامة مجنوناً يخنق

“Maksud ayat, pemakan riba tidak akan dibangkitkan dari kubur mereka pada hari kiamat kecuali seperti bangkitnya orang yang kesurupan dan kerasukan setan. Karena dia berdiri dengan cara tidak benar. Ibnu Abbas mengatakan, “Pemakan riba, dibangkitkan pada hari kiamat seperti orang gila yang tercekik.” (Tafsir Ibn Katsir, 1:708).

Terkait fenomena al-Qurtubi menegaskan,

هذه الآية دليل على فساد إنكار من أنكر الصرع من جهة الجن ، وزعم أنه من فعل الطبائع وأن الشيطان لا يسلك في الإنسان ولا يكون منه مس

“Ayat ini dalil tidak benarnya pengingkaran orang terhadap fenomena kesurupan karena kerasukan jin. Mereka menganggap bahwa itu hanya murni penyakit badan. Sedangkan setan tidak bisa mengalir di dalam tubuh tubuh manusia dan tidak bisa merasuk ke dalam tubuhnya.” (Tafsir a-Qurtubi, 3:355)

2. Disebutkan dalam hadis dari Abul Aswad as-Sulami, bahwa diantara doa Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَدْمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ، وَالْحَرِيقِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ…

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tertimpa benda keras, aku berlindung kepada-Mu dari mati terjatuh, aku berlindung kepada-Mu dari tenggelam dan kebakaran, dan aku berlindung kepada-Mu dari keadaan setan merasuki badanku ketika mendekati kematian…” (HR. Nasai 5533 dan dishahihkan al-Albani)

Al-Munawi menjelaskan,

“…setan merasuki badanku ketika mendekati kematian…”: dengan gangguan yang yang bisa menggelincirkan kaki, merasuki akal dan pemikiran. Terkadang setan menguasai seseorang ketika hendak meninggal dunia, sehingga dia bisa menyesatkannya dan menghalanginya untuk bertaubat… (Faidhul Qadir, 2:148)

Kedua, kesurupan, dengan jin masuk ke tubuh manusia adalah kejadian yang hakiki, kenyataan dan bukan khayalan.

Abdullah bin Imam Ahmad pernah bertanya kepada ayahnya,

إنَّ قَوْمًا يَزْعُمُونَ أَنَّ الْجِنِّيَّ لَا يَدْخُلُ فِي بَدَنِ الْإِنْسِيِّ

“Sesungguhnya ada beberapa orang yang berpendapat, bahwa jin tidak bisa masuk ke badan manusia.”

Imam Ahmad menjawab,

يَا بُنَيَّ يَكْذِبُونَ هُوَ ذَا يَتَكَلَّمُ عَلَى لِسَانِهِ

“Wahai anakku, mereka dusta. Jin itulah yang berbicara dengan lisan orang yang dirasuki.”

Setelah membawakan keterangan ini, Syaikhul Islam memberi komentar,

وَهَذَا الَّذِي قَالَهُ أَمْرٌ مَشْهُورٌ فَإِنَّهُ يَصْرَعُ الرَّجُلَ فَيَتَكَلَّمُ بِلِسَانٍ لَا يَعْرِف مَعْنَاهُ وَيُضْرَبُ عَلَى بَدَنِهِ ضَرْبًا عَظِيمًا لَوْ ضُرِبَ بِهِ جَمَلٌ لَأَثَّرَ بِهِ أَثَرًا عَظِيمًا. وَالْمَصْرُوعُ مَعَ هَذَا لَا يُحِسُّ بِالضَّرْبِ وَلَا بِالْكَلَامِ الَّذِي يَقُولُهُ

“Apa yang disampaikan Imam Ahmad adalah masalah yang terkenal di masyarakat. Orang yang kerasukan berbicara dengan bahasa yang tidak bisa dipahami maknanya. Terkadang dia dipukul sangat keras, andaikan dipukulkan ke onta, pasti akan menimbulkan sakit. Meskipun demikian, orang yang kesurupan tidak merasakan pukulan dan tidak menyadari ucapan yang dia sampaikan.”

Beliau juga menegaskan,

ومن شاهدها أفادته علماً ضرورياً بأن الناطق على لسان الإنس ، والمحرك لهذه الأجسام جنس آخر غير الإنسان

Orang yang menyaksikan kejadian kesurupan, dia akan mendapatkan kesimpulan yang meyakinkan bahwa yang bicara dengan lidah manusia dan yang menggerakkan badannya adalah makhluk lain, selain manusia (Majmu’ al-Fatawa, 24:277).

Ketiga, ulama sepakat, jin bisa merasuki tubuh manusia

Hal ini sebagaimana ditegaskan Syaikhul Islam dalam fatwanya,

وليس في أئمة المسلمين من ينكر دخول الجن بدن المصروع وغيره، ومن أنكر ذلك وادعى أن الشرع يُكذب ذلك فقد كذب على الشرع، وليس في الأدلة الشرعية ما ينفي ذلك

“Tidak ada satupun ulama islamyang mengingkari jin bisa masuk ke badan orang yang kesurupan dan lainnya. Orang yang mengingkari hal ini dan mengklaim bahwa syariat mendustakan anggapan jin bisa masuk ke badan manusia, berarti dia telah berdusta atas nama syariah. Karena tidak ada satupun dalil syariat yang membantah hal itu.” (Majmu’ al-Fatawa, 24:277).

Keempat, sebab terjadinya kesurupan

Syaikhul Islam menjelaskan,

إن صرع الجن للإنس قد يكون عن شهوة وهوى وعشق كما يتفق للإنس مع الإنس …

“Jin yang merasuki manusia bisa saja terjadi karena dorongan syahwat atau hawa nafsu atau karena jatuh cinta. Sebagaimana yang terjadi antara manusia dengan manusia…”

وقد يكون وهو الأكثر عن بغض ومجازاة مثل أن يؤذيهم بعض الإنس أو يظنوا أنهم يتعمدون أذاهم إما يبول على بعضهم وإما يصب ماءً حاراً وإما بقتل بعضهم ، وإن كان الإنس لا يعرف ذلك ، وفي الجن جهل وظلم فيعاقبونه بأكثر مما يستحقه ، وقد يكون عن عبث منهم وشر بمثل سفهاء الإنس

“Bisa juga terjadi karena kebencian atau kedzaliman (yang dilakukan manusia), misalnya ada orang yang mengganggu jin atau jin mengira ada seseorang yang sengaja mengganggu mereka, baik dengan mengencingi jin atau membuang air panas ke arah jin atau membunuh sebagian jin, meskipun si manusia sendiri tidak mengetahuinya. Namun jin juga bodoh dan dzalim, sehingga dia membalas kesalahan manusia dengan kedzaliman melebihi yang dia terima. Terkadang juga motivasinya hanya sebatas main-main atau mengganggu manusia, sebagaimana yang dilakukan orang jelek di kalangan manusia.” (Majmu’ al-Fatawa, 19:39).





Jin memiliki jasad dengan berbagai bentuk. Dalam hadits Abu Tsa’labah radiyallohu anhu, yang diriwayatkan oleh Ath Thabrani (22/214-215) No. 573, Al Baihaqi dalam “Al Asma wa Ash Shifat” (827), Al Hakim (2/456) dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani Rahimahullah dalam ta’liqnya terhadap Kitab “Al Misykaat” (4148) dan Syaikh Kami Al Wadi’i Rahimahullah dalam “Ash Shahiih Al Musnad Mimma Laisa Fii Ash Shahihain” (1213) bahwa Rasulullah Shallollohu ‘alaihi wasallam, bersabda :
الْجِنُّ عَلَى ثَلاثَةِ أَصْنَافٍ: صِنْفٌ لَهُمْ أَجْنِحَةٌ يَطِيرُونَ فِي الْهَوَاءِ، وَصِنْفٌ حَيَّاتٌ، وَصِنْفٌ يَحِلُّونَ وَيَظْعَنُونَ.

“ Jin terdiri dari tiga kelompok; satu kelompok memiliki sayap dan mereka terbang di udara, satukelompok berbentuk ular dan satu kelompok tidak menetap dan berpindah-pindah.”

Hadits ini merupakan dalil bahwa jin memiliki jasad dan tidak mungkin dipahami dari lafazh “satu kelompok memiliki sayap dan terbang di udara” bahwa jin tidak memiliki jasad karena sayap itu berjasad dan tidak mungkin sayap itu ada kecuali pada yangberjasad. Para malaikat pun memiliki sayap. Ada yang memiliki 2, 3, atau 4 sayap dan terbang ke langit yang tinggi dan dia memiliki jasad. Demikian pula Al Qur’an Al Karim menunjukkan bahwa jin yang terbang itu berjasad. Rabb kami berfirman mengabarkan tentang apa yang dikatakan oleh Ifrith kepada Sulaiman ‘alaihissalam
قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ

“Berkata Ifrith dari kalangan jin bahwa saya akan mendatangimu dengannya (dengan membawa singgasana Ratu Saba) sebelum engkau bangkit dari tempat dudukmu dan sesungguhnya saya kuat lagi terpercaya.” (QS. An Naml : 39).

Kalau Ifrith itu tidak memiliki jasad, maka dia tidak akan mampu untuk memikul apa yang dibawa dan tidak mampu pula untuk menjaganya. Demikian pula jin yang terbang di udara diciptakan dalam keadaan memiliki jasad yang sebenarnya berjalan di muka bumi. Jika mereka ingin terbang, maka mereka berubah bentuk lebih dahulu, kemudian terbanglah mereka. Adapun jin dan setan yang masuk ke dalam tubuh manusia untuk memberikan waswas dan yang lainnya, mereka berubah bentuk seperti udara. Perkara ini sudah diketahui dan merupakan dalil bahwa mereka berjasad.

Mayoritas ulama berpendapat bahwa jin itu memiliki jasad dan orang yang berpendapat bahwa mereka seperti udara, tidak memiliki dalil dari Al Kitab dan As Sunnah. Dalil terkuat yang mereka jadikan sebagai hujjah adalah riwayat yang datang dari Wahb bin Munabbih sebagaimana yang disebutkan oleh Asy Syibly dalam kitab “Aakaamu Al Mirjaan fii Ahkaami Al Jaan” (31) bahwa dia berkata : ” Jin itu berjenis-jenis dan jenis jin yang asli adalah angin, mereka tidak makan, tidak minum dan tidak berketurunan. Diantara mereka ada jenis yang makan, minum, berketurunan dan menikah seperti As Sialy, Al Ghuul, Al Qathrub dan yang semisalnya”.

Jika riwayat tersebut shahih, maka sudah diketahui bahwa Wahb adalah seorang ahli sejarah dan dia menukilkan dari kitab ahli kitab, sedangkan kitab ahli kitab itu penuh dengan perubahan dan pengkaburan (antara yang haq dan yang batil, pen).

Sebagian mereka berdalil bahwa jin itu seperti udara yaitu angin, dengan sabda Rasulullah Shallollohu ‘alaihi wasallam :
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ

“Sesungguhnya setan berjalan dalam tubuh manusia di tempat peredaran darah“.(HR. Al Bukhari (6219) dan Muslim (2175) dari hadits Shafiyyah Radhiyallahu ‘anha).

Hadits ini bukan merupakan dalil bagi orang yang berpendapat demikian karena mereka berjalan di tempat peredaran darah, bukan karena pada asalnya mereka adalah udara. Akan tetapi, Allah Subhaanahu wata’ala, memberikan kemampuan kepada mereka untuk berubah bentuk. Oleh karena itu, pendapat yang mengatakan bahwa jin itu angin dan tidak berjasad, batil dan sangat jelas kebatilannya karena bertentangan dan bertabrakan dengan dalil-dalil yang banyak dari Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih dan telah diketahui secara pasti dari Islam, ijma, akal dan kenyataan yang kita saksikan.

Berikut ini akan saya sebutkan dalil-dalil secara global :

1. Jin itu makan dan minum

2. Jin menikah dan berketurunan

3. Jin berbentuk dan berubah bentuk menjadi bentuk manusia dan hewan

4. Jin melakukan berbagai jenis pekerjaan seperti bangunan dan pekerjaan-pekerjaan lain seperti mengangkat beban berat dan yang lainnya

5. Jin merasakan berbagai keadaan seperti sakit, takut, kuat, lemah, hidup, mati dan yang lainnya

6. Jin dilihat oleh sebagian makhluk seperti keledai. Rasulullah Shallollohu ‘alaihi wasallam, bersabda :
إذا سمعتم نهيق الحمار فتعوذوا بالله من الشيطان فإنه رأى شيطانا

“Jika kalian mendengar ringkikan keledai, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari setan karena sesungguhnya dia melihat setan.” (HR. Al Bukhari : 3303 dan Muslim : 2729).

7. Ketika jin itu mampu untuk berubah bentuk menjadi bentuk manusia, maka dia mampu menyakiti manusia baik dengan memukulnya, membunuhnya maupun mencegahnya untuk bergerak dan yang lainnya.

Pada pasal ini kami telah memaparkan dalil-dalil dari para ulama dalam berbagai tulisan yang khusus membahas tentang jin dan setan seperti kitab ” Aakaamu Al Mirjaan fi Ahkaami Al Jaan” karya Asy Syibly dan “Luqat Al Mirjaan fi Ahkaami Al Jaan” karya As Suyuthi dan yang lainnya.

Orang-orang yang berpendapat bahwa jin itu berbentuk angin menganggap bahwa jin itu masuk ke dalam tubuh manusia dan berjalan di tempat peredaran darahnya, sehingga mereka menyangka bahwa mereka itu angin. Padahal tidak demikian, karena bisa diambil faedah dari ” berjalannya mereka pada tempat peredaran darah manusia” bahwa Allah Subhaanahu wata’ala, memberikan kemampuan kepada mereka untuk berubah bentuk sehingga mereka menjadi udara karena jin yang masuk ke dalam tubuh manusia mampu untuk membesarkan diri dalam tubuh manusia sampai dia mampu menguasai seluruh badan manusia.

Berdasarkan penjelasan ini, maka jelaslah bagi pembaca bahwa kita tidak mungkin mengingkari bahwa jin itu memiliki jasad.

Dari Kitab : Ahkaamul Ta’ammul Ma’aal Jin wa aa’daaburroqo’ Asy Syar’iyyah (Hukum Berinteraksi Dengan JIN dan Adab-Adab Ruqyah yang Syar’i)

Diterjemahkan Oleh Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi Hafizhahulloh Sumber : Pustaka Ats Tsabat Balikpapan

* * *
BAGAIMANA JIN DAN SYAITAN ITU MASUK KE DALAM TUBUH MANUSIA SEMENTARA MEREKA BERJASAD ??

oleh Asy Syaikh Abu Nashr Muhammad bin Abdillah Al-Imam Hafizhahulloh
Jin dan syaitan memiliki jasad. Hakekat ini sudah diketahui dan tidak ada yang mengingkarinya kecuali oleh orang yang jahil atau sombong. Adapun bagaimana jin itu mampu untuk masuk ke dalam tubuh manusia dan hewan sedangkan mereka berjasad, maka kami katakan bahwa hal ini nyata dan merupakan keyakinan yang tidak terbantahkan.

Alasannya adalah bahwa Allah Subhaanahu wat’ala, telah memberikan kemampuan kepada jin dan syaitan untuk berubah dari penciptaan asal mereka dan perubahan ini bisa menjadi bentuk jasad yang lain. Misalnya, jin berubah bentuk menjadi manusia dan kadang-kadang berubah bentuk menjadi angin dan udara. Jin itu mampu berubah menjadi angin dan udara dengan izin Allah Subhaanahu wat’ala,sehingga mereka mampu untuk masuk ke dalam tubuh manusia dan berjalan di setiap urat dari urat-urat manusia sebagaimana mengalirnya air dalam urat-urat. Dalil yang menunjukkan tentang hal ini adalah sabda Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam,:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ

” Sesungguhnya syaitan berjalan dalam tubuh manusia di tempat peredaran darah.”(HR. Al Bukhari: 7171 dan Muslim: 2175 dari hadits Shafiyyah Radhiyallahu ‘anha).

Dalam hadits Anas Radiallohu ‘anhu, yang diriwayatkan oleh Muslim (2611), Ahmad (3/229) dan selain keduanya bahwa Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam,bersabda :
لما صور الله آدم في الجنة تركه ما شاء الله أن يتركه فجعل إبليس يطيف به ينظر ما هو فلما رآه أجوف عرف أنه خلق خلقا لا يتمالك

“Ketika Allah membentuk Adam di surga, Allah pun meninggalkannya sesuai dengan kehendak-Nya. Maka Iblis pun mengintari (Adam) dan memperhatikan bagaimana keadaannya. Ketika melihat ada sisi yang kosong, maka dia pun mengetahui bahwa Allah telah menciptakan satu ciptaan yang tidak mampu untuk menahan diri.”

Bukti nyata akan hal itu tatkala orang yang kerasukan mendapati waswas dalamdirinya yang bukan merupakan kehendak jiwanya yang diluar keinginannya. Bahkan sebagian manusia dikuasai oleh syaitan dengan waswas sampai syaitan bisa menguasainya secara keseluruhan sehingga dia melakukan berbagai perbuatan yang memudharatkan dirinya seperti memukul, membunuh dan yang lainnya.

Dari Kitab : Ahkaamul Ta’ammul Ma’aal Jin wa aa’daaburroqo’ Asy Syar’iyyah (Hukum Berinteraksi Dengan JIN dan Adab-Adab Ruqyah yang Syar’i)

Diterjemahkan Oleh Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi Hafizhahulloh Sumber : Pustaka Ats Tsabat Balikpapan.





sumber :
http://www.konsultasisyariah.com/kesurupan-jin-dalam-pandangan-islam/
http://indoritel.com/info/ciri-ciri-fisik-jin-secara-nyata-cara-jin-setan-merasuk-ke-dalam-tubuh-manusia-padahal-mereka-berjasad/
http://www.tipscaraterbaik.com/cara-jin-masuk-kedalam-tubuh-manusia.html
http://shareilmuallah.blogspot.com/2013/04/cara-jin-dan-syaitan-masuk-ke-dalam.html