Halaman

Sabtu, 17 Agustus 2013

Takdir Dan Logika



Di dunia ini, ada orang-orang yang terlahir sempurna. Perempuan cantik semampai. Hidung mancung, matanya bintang timur, bibirnya delima merekah, wajahnya bulan purnama, lengannya lilin dituang. Namun ada juga yang terlahir dengan cacat. Tangan punya sebelah, mata tak bisa melihat, bibir terbelah tengah. Ada yang terlahir seketika kaya raya, pewaris tunggal harta karun sang ayah. Ada pula yang terlahir bergambar penderitaan.

Ketika mereka dewasa, ada yang berkepribadian cenderung lembut, pemaaf, santun dan mendidik. Ada pula yang cenderung kasar, kikir, tamak, destruktif dan acuh. Terlahir demikiankah mereka?

Banyak sekali penafsiran tentang takdir, setelah diambil garis tengah kurang lebih takdir berarti ketetapan atau ketentuan Tuhan. Takdir adalah buku ketetapan Tuhan atas setiap makhluk-Nya. Sesingkat itu takdir diartikan namun sangat luas untuk dijelaskan. Bagi penulis pribadi, takdir adalah simbol ke-Maha Cerdas-an, ke-Maha Agung-an dan ke-Maha Tinggi-an Tuhan.

Lalu apakah takdir berjalan sendiri? Setelah tertulis di lauhul mahfudz, makhluk hidup hanya menjadi robot atas rentetan terprogram dari buku itu?



Sebagian golongan memang mengatakan “ya” terhadap jawaban di atas. “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu" (As-Shofaat.96). Jadi manusia sama sekali tidak bersalah jika ia berbuat yang menurut agama sendiri salah. Bukankah dari ayat tersebut Tuhan-lah yang menciptakan kita, Dia pula yang menciptakan perbuatan kita. Maka kalau ada seseorang berbuat salah, maka itu adalah “kehendak” Tuhan. Ia sama sekali tidak bisa melawan “kehendak” Tuhan. Dan “kehendak” Tuhan adalah “ketentuan-Nya.” Takdir.

Sebagian lagi mengatakan “tidak” sebagai jawaban. Manusia punya andil besar dalam ketentuan-Nya. “ Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (ar-Ra'd:11). Dan ditambahkan pula, bahwa takdir bisa dirubah dengan doa.
Tak jauh berbeda dengan orang yang menganggap takdir sebagai hukum sebab akibat. Siapa berbuat sebab, ia menanggung akibat. Misalnya, seorang membuat sebab dengan memukul/menghina seseorang, akibatnya adalah ia akan mendapat balasan dari sebab. Dihukum misalnya, atau dikeroyok orang banyak, atau dikucilkan. Atau sebab ia membeli, ia akan mendapat. Sebab ia menabung, ia akan banyak harta. Sebab ia rajin belajar, ia pandai. Masuk akal memang.

Logika canggih sebuah takdir dari pandangan filsafat umum dan awam (ngaku-ngaku filosofis?) adalah demikian:

Ketentuan Tuhan ada yang bersifat constant ada yang bersifat conditional. Bersifat konstan artinya ketentuan Tuhan bersifat tetap dan tidak bisa memilih. Misalnya rembulan yang berjalan mengelilingi bumi. Ia tidak bisa memilih untuk mengitari matahari. Ikan berenang di air, ia tidak bisa memilih terbang di udara. Malaikat diciptakan hanya mengabdi dan menyembah, mereka tidak bisa ingkar atau berbuat dosa.

Contoh lain adalah global warming terjadi karena banyak lahan gundul, polusi udara (gas karbon, freon dan lain-lain) yang menimbulkan bocornya lapisan ozon, melelehkan es dan berujung pada panasnya bumi. Mungkin global warming juga yang seolah mengompori bumi, sehingga inti bumi semakin panas. Ujung-ujungnya magma di perut bumi semakin cair dan membuat lapisan di atasnya (tanah) menjadi unstable baik secara tektonik maupun vulkanik. Contoh tersebut adalah ketentuan yang bersifat tetap berdasarkan chain logic (logika berantai). Untuk mempermudah pengertian, angka 100 bisa di dapat dari 50+50, 20+20+60, 10+90, 200-100, 150-60+10. Tidak bisa 50+40=100, 200-40=100.

Bersifat pasti dan konstan meski dengan cara berbeda, tapi berujung sama. Terlepas dari itu, kekonstanan bulan, matahari dan lain-lain ada batas waktunya. Suatu ketika akan lebur seperti awal penciptaannya.

Ketentuan Tuhan bersifat kondisional berlaku pada makhluk yang diberi akal pikiran. Yaitu ciptaan-Nya yang diberi kebebasan untuk memilih, yakni golongan jin dan manusia (setengahnya adalah jiman, loh?).

Ketentuan kondisional ini berlaku setelah makhluk tadi menentukan pilihannya, lalu mereka bertemu lagi dengan pilihan lain. Terus demikian.

Contoh, si Fulan menemukan uang di tengah jalan jauh dari perkampungan. Jumlahnya tidak banyak. Pilihannya adalah mengambil atau tidak. Jika Fulan mengambil uang tersebut, pilihan berikut adalah mengumumkan temuan siapa pemiliknya atau mengambil keuntungan sendiri dengan menyimpannya, atau mengambil untuk disedekahkan. Jika si Fulan mengumumkannya dan ternyata ada yang merasa kehilangan, lalu mengambilnya, urusan temuan uang selesai sampai di sini. Lalu jika tidak ada yang mengakui, si Fulan punya pilihan lagi, mengambil untuk kepentingan pribadi, atau disedekahkan. Lebih rumit lagi, setelah uang diambil orang yang merasa kehilangan, dan si Fulan memberikannya, lalu ternyata datang orang berikutnya dan merasa kehilangan uang. Dengan jumlah yang sama pula. Siapa salah? Siapa benar?

Ternyata memahami takdir di sini (kondisional) jauh lebih rumit daripada yang konstan. Takdir seperti tak henti-henti berjalan bagai logika if..then, else pada pemrograman komputer. Takdir seperti hidup dan memantau kehidupan manusia. Tidak sekadar sudah tertulis dan terkunci mati, tapi takdir seperti menunggu makhluk untuk memilih, dan selama itu pula kehendak Tuhan lainnya (bukan Tuhan lain) tetap berlaku pada pelaku takdir. Misalnya cobaan dan ujian bahkan kenikmatan.

Orang yang dipenjara padahal tidak pernah melakukan tindakan kriminal karena salah tangkap atau fitnah. Orang yang setia tapi dikhianati. Atau orang yang rajin menabung lalu terjadi krisis moneter, bangkrut miskin. Atau orang miskin mendadak kaya karena temuan harta karun atau dinikahi konglomerat.

Apakah itu efek sebab akibat? Apakah itu karmapala? Ini yang saya maksud takdir berlogika canggih. Bukan barang mati. Ultra secret dan unpredictable.


Yang bersifat tetap adalah “kadar”. Ya, Tuhan menciptakan kadar setiap makhlukNya. Kadar bersifat inherent dan cenderung tak terukur sama. Seseorang yang sudah ditentukan kadar rejekinya, sebesar apapun upayanya untuk menjadi kaya, ia tidak bisa melampaui kadarnya. Dan setiap makhluk tidak mengetahui kadar masing-masing. Apalagi kadar orang lain. Kadar di sini bisa berlaku pada kebahagian, penderitaan, kepuasan, kecerdasan dan lain-lain. Bukan berarti seseorang tidak perlu berupaya jika sudah ditentukan kadarnya, melainkan upaya/ikhtiar itu sendiri adalah bagian dari execute dari logika if..then, else pada saat menghadapi pilihan. Secara spiritual, pelaku ikhtiar juga mendapat pahala.

Terlepas dari apakah ikhtiar tadi akan membuahkan hasil yang diharapkan atau tidak, ikhtiar tetap harus dijalankan. Bukan berarti Tuhan tidak Maha Adil dengan membeda-bedakan kadar pada makhlukNya, tapi kadar pula yang menentukan keadaan makhluk pada kehidupan selanjutnya (kehidupan setelah mati).

Lalu doa? Doa (dulu ditulis do'a) merupakan bagian dari ikhtiar tingkat rendah, namun memberi “cita rasa” yang berbeda. Doa memberi asa, dan pendoa menanti yang terjadi. Urusan doa merubah takdir itu adalah teka-teki, dan itu hak veto Tuhan. Bagaimanapun yang berdoa tetap diberi imbalan (pahala). Yang jelas doa memberi semangat bagi pendoa. Ia tak pernah berhenti berdoa sebelum isi doa terkabul. (Makanya kita disuruh selalu berdoa agar tetap punya harapan dengan senantiasa berharap)

Manusia memang diwajibkan ikhtiar untuk memperoleh yang diinginkannya. Namun hasil akhir tentunya hanya Allah yang menentukan. Kita selalu berharap bahwa takdir yang terjadi adalah sesuai dengan keinginan kita. Namun kenyataan tidaklah selalu demikian, karena ilmu kita sebagai manusia terbatas, dibanding ilmu Allah yang Maha Luas. Tekadang, sehebat apapun logika kita, selalu ada celah kesalahan, dan seringkali itu baru kita ketahui di kemudian hari. Lalu, bagaimana jika logika kita selalu kalah dengan takdir yang Allah berikan? Apakah kita lantas putus asa karena kita merasa bahwa ikhtiar yang kita lakukan adalah sia-sia karena toh hasil akhir tidak sesuai dengan rencana.

Sebetulnya, Allah tidak terlalu mempedulikan apakah ikhtiar yang kita lakukan itu berbuah manis atau pahit. Yang penting bagi Allah adalah niat awal yang lurus dan proses yang dilakukan sesuai dengan syariat-Nya. Bisa jadi hasil akhir yang tidak sesuai dengan harapan adalah ujian yang diberikan Allah agar iman kita semakin bertambah (atau malah turun??). Dan Allah ingin iman kita bertambah naik, karena kita tidak mungkin dibebani hal2 yang di luar kemampuan kita. Nah, sekarang masalahnya, bagimana jika hasil akhir yang tidak sesuai dengan harapan itu menimbulkan trauma di hati manusia? Karena kita adalah manusia biasa yang punya perasaan, bisa jadi ada hal2 yang (tampaknya) buruk mampu membekas di hati kita dan mampu menurunkan semangat kita.


Persahabatan Logika dan Takdir

Ada dua orang bersahabat, yang satu bernama "Logika" dan yang satunya lagi bernama "Takdir".
Keduanya naik mobil dalam sebuah perjalanan yang panjang..
Di tengah perjalan mobil mereka kehabisan bahan bakar.
Keduanya berusaha melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sebelum datang waktu malam.
Keduanya berusaha menemukan tempat beristirahat, setelah itu baru melanjutkan lagi perjalanan.
Si Logika memutuskan untuk tidur di bawah sebatang pohon.
Sedangkan si Takdir memilih tidur di tengah jalan.
Logika berkata kepada Takdir: Kamu gila! Kamu menjatuhkan dirimu kepada kematian. Boleh jadi ketika kamu tidur ada mobil yang lewat dan melindas tubuhmu.
Takdir menjawab: Saya tidak akan tidur kecuali di tengah jalan ini. Boleh jadi ada mobil yang datang lalu ia melihatku dan mengajakku bersamanya.
Akhirnya Logika betul-betul tidur di bawah pohon dan Takdir tidur di tengah jalan.
Tidak beberapa lama setelah keduanya tertidur lewat sebuah mobil besar dalam kecepatan tinggi.
Tatkala ia melihat seseorang tidur di tengah jalan ia berusaha berhenti dengan mendadak, tapi sayang ia tidak bisa.
Akhirnya ia membanting stir dan mobil itu berbelok ke arah pohon dan langsung melabrak Logika, dan selamatlah si Takdir.
Inilah kenyataan hidup, Takdir memainkan peranannya di tengah-tengah manusia. Kadang-kadang sekalipun ia bertentangan dengan Logika.


Maka boleh jadi terjadinya delay dalam penerbangan ada keselamatan di balik itu.
Boleh jadi kamu terlambat menikah ada keberkahan di balik itu.
Boleh jadi kamu tidak dikaruniai anak ada kebaikan di balik itu.
Boleh jadi ditolaknya lamaran kerjamu ada hikmah besar di balik itu.
Terlambatnya pertolongan dan kemenangan pasti ada manfaat yang sangat besar di belakang itu.

_ وعسى أن تكرھوا شيئاً وهو خيرٌ لكم

Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal ia baik bagimu. (Al Baqarah: 216)
Oleh karena itu, optimislah selalu.....!!!


Kalau begitu manusia membuat sejarah atau menjalani sejarah?

Saya belum pernah membaca bahwa takdir yang tersimpan di perpustakan lauhul mahfudz adalah diary yang ditulis dua malaikat di sisi kita. Bila anda mempercayai takdir itu bersifat konstan, maka anda menjalani sejarah. Tapi bila anda mempercayai takdir itu bersifat kondisional, maka anda sedang mencari jawaban teka-teki logika pemrograman if... then, else dan menghasilkan sejarah dalam diary dua makhluk yang bertakdir konstan (malaikat). Dua makhluk itu sangat rajin menulis dan setia di sisi kita.

Apapun yang terjadi, menurut hemat saya, “supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya (perbuatannya).” (al-Mulk.2). 
Dan saya “menulis di bawah takdir”. Menjalani sejarah atau membuat sejarah?

Sebetulnya, kita harus selalu mengambil pelajaran atas semua yang terjadi pada diri kita. Ilmu yang kita dapatkan tidak selalu berasal dari kuliah, sekolah dan buku2 yang kita baca. Bahkan ilmu yang banyak kita dapatkan justru datang dari kehidupan nyata yang kita alami sehari-hari. Makanya, kita harus pandai-pandai mengambil pelajaran dan hikmah dari berbagai peristiwa yang terjadi pada diri kita dan juga peristiwa di sekeliling kita. Maka, ketika kita bertanya, apakah ada hubungan antara logika dan takdir, maka jawabnya adalah ada. Apa hubungan yang dihasilkan? Yaitu adalah ilmu dan hikmah, serta tambahnya iman yang ada di hati kita. Tetap semangat!


Tuhan,Takdir dan Syetan – Pendekatan logika sederhana Seorang pemuda yg lama sekolah di luar negeri kembali ke Indonesia..
Sampai dirumah ia minta orangtuanya untuk mencari Guru agama, atau siapapun yg bisa menjawab 3 pertanyaannya..
Akhirnya Orangtua pemuda itu mendapatkan seorang Guru Agama (GA)..
  • (Pemuda) Anda siapa? apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
  • (GA) Saya hanya orang biasa saja..
  • (Pemuda) Hmm.. Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya..
  • (GA) Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya
  • (Pemuda) Saya punya 3 pertanyaan, yaitu 
  • (1) Kalau memang Tuhan ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya 
  • (2) Apakah yang dinamakan Takdir 
  • (3) Kalau setan diciptakan dari api menagpa dimasukan keNeraka yg dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat setan sebab mereka memiliki unsur yg sama! ……Apakah Tuhan tdk berpikir sejauh itu?
  • ‘Tiba-tiba (GA) tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras’
  • (Pemuda) (sambil menahan sakit) Kenapa anda marah kepada saya?
  • (GA) Saya tdk marah.. Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 pertanyaan yg anda ajukan kepada saya..
  • (Pemuda) Saya sungguh tidak mengerti
  • (GA) Bagaimana rasanya tamparan saya?
  • (Pemuda) Tentu saja saya merasakan sakit
  • (GA) Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
  • (Pemuda) Ya
  • (GA) Tunjukan pada saya wujud sakit itu!
  • (Pemuda) Saya tidak bisa
  • (GA) Itulah jawaban pertanyaan pertama, kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.
  • (GA) Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
  • (Pemuda) Tidak
  • (GA) Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?
  • (Pemuda) Tdk
  • (GA) Itulah yang dinamakan Takdir
  • (GA) Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
  • (Pemuda) kulit
  • (GA) Terbuat dari apa pipi anda?
  • (Pemuda) kulit
  • (GA) Bagaimana rasanya tamparan saya?
  • (Pemuda) sakit..
  • (GA) Walaupun Setan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan utk setan…
  • Ada-ada saja...:-)

sumber :

http://www.mafaza-online.com/2013/07/persahabatan-logika-dan-takdir.html
http://zayalqodir.blogspot.com/2012/01/hubungan-antara-logika-dan-takdir.html
http://ketikkata.blogspot.com/2010/12/takdir-dan-logika-canggih.html
http://manusiaghuroba.blogspot.com/2012/03/tuhantakdir-dan-syetan-pendekatan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar