Abdullah bin Abbas adalah seorang anak muda yang selalu dibawa oleh Umar bin Khathab untuk mengikuti berbagai diskusi di majelis orang tua yang pernah mengikuti Perang Badar. Melihat ada anak muda yang selalu mengikuti majelis diskusinya, sebagian dari mereka seakan-akan tidak suka dengan kehadirannya.
Mereka berkata, “Mengapa pemuda ini masuk dalam kelompok kita, padahal kita juga mempunyai anak yang sebaya dengannya?” Mendengar pertanyaan itu, Umar pun menjawab, “Sesungguhnya ia adalah anak yang kalian ketahui, yakni anak yang lahir dari pendidikan Nabi Muhammad SAW dan merupakan sumber ilmu.
Pada suatu kesempatan, Umar memanggil Abdullah bin Abbas untuk menujukkan kelebihannya di hadapan mereka, lalu Umar berkata, “Apakah komentar kalian terhadap firman Allah SWT Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat (QS an-Nashr (110) : 1-3)?’’
Salah seorang dari mereka menjawab, “Kami diperintahkan untuk memuji dan memohon ampunan kepada Allah bila kita mendapat pertolongan dan kemenangan.” Sementara sahabat yang lain terdiam dan tidak berkata apa-apa. Lantas, Umar bertanya kepada Abdullah bin Abbas, “Apakah komentarmu pun seperti itu wahai Ibnu Abbas? Ibnu Abbas menjawab, “Tidak.”
Umar bertanya lagi, “Bagaimana komentarmu?” Ibnu Abbas menjawab, “Itu adalah saat kepergian Rasulullah yang diberitahukan oleh Allah kepada beliau. Mendengar jawaban itu, Umar bin Khathab berkata, “Saya tidak mengetahui pengertian ayat itu demikian kecuali dari apa yang kamu katakan.’’
Demikianlah ketinggian ilmu Abdullah bin Abbas, dengan ilmu mumpuni yang dimilikinya ia dilibatkan ke dalam lingkungan sahabat-sahabat yang sudah senior, para orang tua yang pernah ikut dalam perang badar, dari kalangan sahabat yang utama. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang bisa lebih utama dari teman-teman segenerasinya, bahkan melebihi para seniornya, karena pemahamannya yang baik dan ilmu pengetahuan yang luas.
Lebih daripada itu, Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan sampai beberapa derajat, sebagaimana yang termaktub dalam Alquran surah al-Mujadilah (58) ayat 11, “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’’
Dari sini, dapat kita pahami mengapa Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu sejak dari buaian sampai ajal menjemputnya. Tujuannya, Islam hendak memuliakan umatnya dengan ilmu yang dimilikinya.
Untuk itu, janganlah kita merasa cukup dengan ilmu yang telah kita miliki dan jangan pula membatasi diri untuk mencari ilmu karena usia telah senja. Selama hayat dikandung badan hendaknya kita tidak berhenti untuk menuntut ilmu agar kita mendapat keutamaan dan kemuliaan di dunia maupun di akhirat kelak. "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS Thaha (20) ; 114).
Manusia tidak pernah menemukan agama yang sangat memperhatikan keilmuan dengun sempurna selain Islam. Islam selalu menyeru dan memotivasi penekunan ilmu pengetahuan, mengajak umatnya untuk menuntut, mempelajari, mengamalkan, dan sekaligus mengajarkan ilmu. Islam menjelaskan keutamaan menuntut ilmu dun etikanya serta menegur orang yang tidak memperdulikannya. Islam juga sangat menghormati dan menghargai ahlul ‘lmi dan menganjurkan umatnya untuk dekat dengan mereka.
Dalam kamus yang memuat kosa kata Al-Qur’an, dinyatakan bahwa kata ‘ilm (ilmu) disebutkan sebanyak 80 kali, dan kata-kata yang terbentuk dari kata-kata tersebut ( seperti a’lamu, ya’lamuna dst ) disebutkan beratus-ratus kali. Selain itu jika kita teliti buku-buku hadist An-Nabawi akan kita temukan di dalamnya judul-judul dan masalah-masalah tentang ilmu.
Aspek-aspek ilmu dalam pandangan Islam
Menuntut Ilmu Dalam Islam mencakup beberapa aspek kehidupan termasuk aspek-aspek ilmu dalam pengertian barat sekarang.
1. Aspek wahyu Ilahi
Ilmu yang datangnya melalui wahyu Allah SWT. Ilmu ini mencakup hakikat alamiah manusia dan menjawab setiap pertanyaan abadi yang tak pernah hilang pada diri manusia, yaitu : dari mana. Ke mana dan mengapa? Dengan adanya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut manusia akan mengetahui asalnya, arah perjalanan yang harus ditempuh dan tujuan hidupnya. Ia akan mengetahui dirinya dan Tuhannya serta akan tenang menuju tujuan hidupnya. Aspek inilah yang pertama kali disebut’ilmu’ bahkan disebut ilmu yang paling tinggi oleh Imam Ibnu Abdil Barr.
2. Aspek Humaniora (Manusia) dan kajian-kajian yang berkaitan dengannya
Ilmu yang membahas tentang segi-segi kehidupan manusia yang berhubungan dengan tempat tinggal dan waktu. Ilmu ini mengkaji manusia sebagai individu ataupun anggota masyarakat dalam bidang ekonomi, politik, dan sebagainya
3. Aspek material
Yaitu ilmu-ilmu yang mengkaji berbagai materi yang bertebaran di seluruh jagat raya ini, baik di udara, darat, maupun di dalam bumi seperti fisika, kima, biologi, astronomi, dsb.
Pengertian Islam tentang ilmu tidak terbatas pada aspek terakhir yang menganggap materi sebagai obyek seperti yang dipahami oleh dunia barat pada ummnya sekarang. Selain itu Islam menganggap aspek material akan melahirkan keimanan bagi yang mendalaminya [3:190-191]
Keutamaan Ilmu dan Orang-orang yang Berilmu
AL- Quran adalah kitab yang terbesar yang mengangkat derajat ulul ‘ilmi dan orang-orang yang berilmu, memuji kedudukan orang-orang yang diberi ilmu. Sebagaimana Alloh menjelaskan bahwa Ia menurunkan kitabNya dan merinci ayat-ayatNya bagi orang-orang yang mengetahui.
Dalam QS 3:18 Allah memulai pernyataan dari diriNya, memuji para MalaikatNya dan orang yang diberi ilmu. Allah meminta kesaksian mereka atas permasalahan kehidupan yang paling besar, yaitu masalah keesaan.
Allah Swt dalam Al-Qur’an menjelaskan tentang keutamaan orang-orang yang berilmu:
39:9 Peniadaan persamaan antara orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui.
35:19-22 Kebodohan sejajar dengan buta, ilmu sejajar dengan melihat, hingga bodoh adalah kematian dan ilmu adalah kahidupan.
35:28 Ulama (orang yang mengetahui tentang kebesaran dan kekuasaa Allah) kian berilmu kian takut kepada Allah.
Pengaruh ilmu terhadap Iman dan Tingkah Laku
1. Ilmu memberi petunjuk kepada iman
Ilmu dan iman berjalan beriringan dalam Islam [30-36; 58:11], bahkan Al-qur’an menyertakan iman kepada ilmu seseorang mengetahui lalu beriman. Dengan kata lain tidak ada iman sebelum ada ilmu (22:54; 34:6)
2. Ilmu adalah penuntun amal
Ilmulah yang menuntun, menunjuki, dan membimbing seseorang kepada amal [47:19]. Ayat ini dimulai ilmu tentang tauhid lalu disusul dengan permohonan ampun yang merupakan amal. Ilmu juga merupakan timbangan/penentu daldam penerimaan atau penolakan amal. Amal yang sesuai dengan ilmu adalah amal yang diterima, sedangkan amal yang bertentangan dengan ilmu adalah amal yang tertolak [5:27). Maksud ayat ini adalah Allah hanya menerima amal seseorang yang bertakwa kepadaNya. Jadi amal tersebut harus dilakukan karena keridhoanNya dan sesuai dengan perintaNya. Hal ini hanya bisa dicapai dengan ilmu.
Untuk dapat berakhlak baikpun salah satunya harus dicapai dengan ilmu. Imam Ghazali berkata: "Muqadimah agama dan berahlak dengan akhlak para nabi tercapai jika diramu dengan 3 dimensi yang tersusun rapi, yaitu: ilmu, perilaku dan amal" (ilmu mewariskan perilaku, perilaku mendorong amal).
3. Kelebihan ilmu dari ibadah
Dalam hadits Huzaifah dan Sa'ad, Rosulullah SAW bersabda : “kelebihan ilmu lebih kusukai dari pada kelebihan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah al-wara’. Ilmu dilebihkan atas ibadah sebab manfaat ilmu tidak terbatas pada pemiliknya melainkan juga untuk orang lain. Ibnu Qoyyim al-Jauziyah dalam al-Miftah menyebutkan diantara“Ilmu menunjukkan kepada pemiliknya amal-amal yang utama di sisi Allah”
Perintah Mencari Ilmu
Allah menciptakan manusia dalam keadaan vukum duri ilmu. Lalu Ia memberinya perongkat ilmu guna menggali ilmu dan belajar [16:781. Banyak hadits-hadits yang menerangkan keutamaan menuntut ilmu:
“Siapa yang berjalan di jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya ke surga” (HR Muslim). Termasuk ui dalamnya menghapal, menelaah, mengkaji, berjalan menuju majlis ilmu dan mendatangi ahli ilmu. Dalam hadits lain: “Sesungguhnya para malaikat meruhdukkan sayap-sayapnya kepada orang yang mecari ilmu kareaa ridha terhadap apa yang diperbuatnya.
Beberapa adab penting dalam mencari ilmu (hikmah kisah nabi Musa as dalam menuntut ilmu kepada Nabi Khidir dalam surat Al- Kahfi)
a) Semangat dalam mencari ilmu walaupun harus menghadapi kesulitan dan tantangan.
b) Bersikap baik terhadapr guru, memuliakan dan menghoramtinya [18:66].
c) Sabar terhadap guru [18:67-70].
d) Tidak pernah kenyang mencari ilmu [20:114].
e) Diniatkan karena Allah. Artinya harus dianggap sebagai ibadah dan jihad fisabulillah.“Janganlah kalian mempelajari ilmu agar kalian bisa saling membanggakan di kalangan orang berilmu sedang kalian tidak memperdulikan orang-orang yang bodoh dan tidak membagus-baguskan majelis ilmu itu. Barang siapa berbuat demikian, maka nerakalah baginya.”
Hak-hak ilmu atas Pemiliknya
Mengerti dan memahami
Beramal berdasarknn ilmu yang dimiliki
Mengajarkan ilmu dan menyebarkannya kepada orang lain
Wajib menjelaskan dan haram untuk menutup-nutupinya
Berhenti sebatas kadar ilmu yang dimiliki
REFERENSI
Abullaits As-Samarqandi, Tanbihul Ghofilin
Al-Ghazali, et.al, Pembersih Jiwa, Penerbit Pustaka.
Al-Ghazali, Kepada Murid-muridku, HI Press.
Syaikh Az-Zarnuzy, Ta’limul Muta’alim.
Dr. Yusuf Qardhawi, Menghidupkan Nuansa Rabbaniah dan Ilmiah Pustaka Al-Kautsar.
Dr. Yusuf Qardhawi, Rosulullah dan Ilmu Eksperimen’, Penerbit Firdaus.
Waqfah, Edisi 7 / Vol I, 1996, hal 6-10
sumber :
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/07/05/mpgbio-keutamaan-ilmu
http://m2nkners.com/menuntut-ilmu-dalam-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar