Halaman

Tampilkan postingan dengan label kontroversi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kontroversi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Juni 2013

Kisah Wanita Pelacur Intelektual Yang Akhirnya Menemukan Cinta Sejati

Kisah Wanita Pelacur Intelektual yang Akhirnya Menemukan Cinta Sejati. Di sebuah kota ada seorang anak perempuan yang lahir dari keluarga yang baik-baik dan cukup berada, namanya Rita. Wajahnya termasuk cantik, molek, dan manis bersinar mirip artis Asia Timur, berkulit putih bersih halus mulus, bermata bagus dan tidak sipit, seorang anak keturunan Cina.

Ayahnya adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit swasta dan menjadi direktur medis rumah sakit itu, dihormati dan disegani orang, sedangkan ibunya walau tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga saja tapi pintar mengatur keuangan dengan baik sehingga tidak pernah merasa kekurangan. Di rumahnya ada 2 orang pembantu rumah tangga dan seorang supir pribadi.

Tapi sayang Rita juga punya kelemahan, sejak kecil divonis memiliki kelainan tingkah laku oleh seorang psikolog karena sejak lahir suka terjaga pada malam hari dan sering tidur pada siang hari. Sampai umur 3 tahun belum bisa makan nasi, masih makan bubur dan sampai umur 6 tahun belum bisa berpakaian dan mandi sendiri, sampai orang tuanya membawanya ke suatu yayasan terapi barulah ada perkembangan.

“Ayo, belajar makan dengan dikunyah sampai lembut, jangan langsung ditelan, pegang sendok garpu sendiri,” kata terapis. Ketika berganti baju sang terapis juga berkata, “Ayo, belajar kancingkan baju sendiri.” Ketika mau buang air besar atau kecil sang terapis juga berkata, “Ayo duduk di kloset, jangan di pispot.”
Pesan Sponsor
Tapi orang tuanya juga termasuk salah mendidiknya, yaitu terlalu melindungi karena dianggap mempunyai kelemahan. Rita tidak boleh ikut kegiatan di luar sekolah dengan alasan mudah capai, jatuh sakit, dan sebagainya. Belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah saja harus ditunggui ibunya.
Di rumah Rita juga terbiasa dilayani oleh pembantu sehingga tidak bisa mandiri. Sedangkan di sekolah, orang tuanya sering berkata kepada guru kelasnya agar mendapat perhatian khusus yang tidak sama dengan anak-anak lainnya. Waktu masih SD Rita termasuk anak berprestasi, dapat nilai EBTANAS tertinggi dan masuk 10 besar. Sang kepala sekolah pun turut bangga dan berkata, “Nanti di SMP jadi juara kelas, ya.”

Tapi ketika Rita masuk SMP semuanya berubah drastis. Karena kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang baru dan tidak mandiri dalam belajar maupun bergaul, Rita pernah tidak naik kelas waktu kelas satu SMP. Wali kelasnya berkata kepada ibu Rita saat mengambil rapor, “Maaf, bu. Saya tidak bermaksud memvonis, tapi kalau nilainya banyak angka merahnya tidak naik kelas.” Bahkan beberapa guru mengatakan Rita anak bodoh. Akhirnya Rita mengikuti les pelajaran seperti matematika, fisika, bahasa Inggris agar prestasi Rita membaik.

Selain itu ayahnya juga membantu Rita belajar dan mengerjakan tugas dari guru atau pekerjaan rumah, karena ibunya sudah tidak lagi mengerti pelajaran SMP.
Waktu SMP akhirnya nilai-nilai pelajaran Rita lumayan walau Rita sering menyontek saat ulangan berlangsung dan hal ini ditiru oleh beberapa temannya. Kebiasaan suka mencari perhatian di kelas seperti minum teh kotak di kelas, memecahkan kantong plastik sehingga membuat gaduh kelas, dan lain-lain membuat beberapa guru mengatakan Rita gila bahkan hampir saja dikeluarkan oleh kepala sekolah karena dianggap sebagai pengacau sekolah.

Sang kepala sekolah berkata, “Ini peringatan terakhir dari saya, kalau sekali lagi berbuat onar saya keluarkan dari sekolah.” Sebetulnya penyebabnya adalah masalah sepele, Rita senang dengan perhatian yang diberikan guru bahasa Inggrisnya sehingga seolah-seolah jatuh cinta dengan gurunya sendiri yang sudah beristri dan beranak itu, padahal sebenarnya Rita ingin melindungi dirinya dari godaan teman-teman prianya yang nakal dan suka usil cari perhatian darinya. Rita pernah dicolek-colek oleh beberapa teman prianya yang terkenal nakal dan usil, buku catatan dan buku pelajarannya dicuri oleh salah seorang dari mereka sehingga Rita tidak bisa belajar dengan baik dan akhirnya tidak naik kelas.

Rita sudah melaporkan perbuatan teman-temannya kepada guru-guru yang mengajar di kelasnya, wali kelasnya, guru BP, bahkan sampai kepala sekolah bersama teman-temannya yang baik dan membantu, tapi kurang tanggapan yang berarti. Soal Rita pernah dicolek-colek kurang ditanggapi dengan serius oleh guru BP sehingga Rita akhirnya menjadi anak yang minder dan canggung kalau bergaul dengan teman-teman pria apalagi kalau mereka nakal dan usil. Padahal waktu kelas 2 SMP Rita pernah mendapat predikat Raja dan Ratu sekelas berpasangan dengan seorang teman pria karena dianggap paling cantik dan tampan. Ketua kelas mengumumkan, “Sebagai Raja dan Ratu sekelas, suara terbanyak dimenangkan oleh Yanto dan Rita.” Seluruh kelas bertepuk tangan.

Waktu masuk SMA Rita mulai merasakan bahwa dia tidak suka dengan pelajaran ilmu pasti, tetapi lebih senang pelajaran bahasa. Rita protes kepada orang tuanya, “Mama, papa, saya tidak mau masuk jurusan IPA, ingin masuk jurusan Bahasa saja.” Tapi di sekolahnya tidak ada jurusan bahasa (A4), hanya IPA (A1 dan A2) dan IPS (A3).

Rita memilih jurusan IPS (A3). Walau hasil psikotes Rita termasuk superior, Rita tidak pernah berprestasi sewaktu SMA bahkan seolah-olah tidak bisa mengikuti pelajaran sekolah lagi karena sering bentrok dengan guru-guru dan teman-teman yang seolah-olah tidak menyukainya. Rita melakukan aksi protes dengan melampar botol minuman sehingga membuat gaduh 2 kelas dan akhirnya Rita tidak boleh masuk sekolah selama beberapa hari oleh kepala sekolah dan tiap hari Rita dikunjungi oleh guru BP di rumah. “Rita, kamu istirahat dulu saja di rumah sampai saya perbolehkan kamu masuk sekolah lagi. Besok orang tuamu harus ke sekolah bertemu dengan saya.”
Setelah kepala sekolah melakukan rapat dengan guru-guru akhirnya Rita boleh sekolah lagi, tapi teman-temannya sudah tidak menganggap Rita sebagai manusia lagi selain monster yang ditakuti. Teman-teman Rita sudah tidak mau bergaul maupun menyapa Rita lagi. Akhirnya Rita pindah sekolah ke luar kota, di sana Rita bisa berprestasi tapi juga sering dikritik sebagai siswi malas tidak mau ikut kegiatan gotong-royong di sekolah. Beberapa teman lain berkata, “Dasar anak manja, anak orang kaya biasa dilayani pembantu tidak mau kerja sendiri.”
Ketika kuliah Rita mengambil jurusan Sastra Inggris di sebuah universitas swasta ternama. Di sana Rita merasa mudah mengikutinya dan banyak teman yang mau belajar dengannya, prestasi Rita juga lumayan bagus meskipun bukan lulusan yang terbaik. Teman-teman kuliahnya berkata, “Boleh saya belajar di rumahmu? Untuk tugas kelompok ini kamu saja ya yang jadi ketuanya.” “Boleh, silakan.” Tapi ketika mengikuti KKN (Kuliah Kerja Nyata), Rita sering dikritik sebagai mahasiswi pemalas, kurang suka gotong-royong dan berbicara kasar kepada teman-teman prianya yang dianggap sering menggoda dia. Teman-teman lainnya berkata, “Rita, jangan suka bicara kasar dong, tahu malu sedikit gitu!” Rita terlalu tegas dan keras terhadap teman-teman prianya yang sebenarnya menaruh hati kepadanya, akhirnya Rita sulit punya pacar karena mereka tidak suka dengan sikap Rita yang keras dan kasar. Selain itu Rita juga menuntut pria yang sempurna, yaitu tampan, kaya, pintar yang ternyata sangat sulit dicari. Rita beranggapan bahwa menjadi seorang sarjana adalah yang paling penting.

Saat Rita lulus kuliah, Indonesia sedang dilanda krisis moneter yang berat dan waktu itu awal dimulai masa reformasi setelah era Orde Baru berakhir. Rita berusaha ke sana ke mari untuk mencari pekerjaan berbekal ijazah S-1, tapi sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok baginya. “Maaf, anda kurang cocok untuk bekerja sebagai guru, silakan mencari pekerjaan lain,” kata pemilik kursus bahasa Inggris. Setelah era reformasi berakhir biasanya orang mencari kerja melalui koneksi, pengalaman atau sejenisnya. Tapi Rita sama sekali belum punya pengalaman karena selama kuliah hanya belajar dan belajar saja, jarang bergaul dan tidak pernah bekerja di kantor dan sebagainya. Selain itu Rita juga tidak fasih bicara karena tidak pernah tampil di depan umum alias demam panggung.

Akhirnya ada orang yang menawari Rita sebagai guru bahasa Inggris SMA di luar kota, tapi ibu Rita menolak. “Jangan, Rita. Kamu tidak bisa mandiri, nanti akan mengalami kesulitan.” Rita pun melanjutkan pendidikan S-2 Pendidikan Bahasa Inggris dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Tapi setelah tamat S-2 pekerjaan yang menanti umumnya marketing yang kurang sesuai dengan bakat minat Rita. Rita bosan dengan pekerjaan tersebut dan mencoba melamar pekerjaan yang sesuai dengan bakat minatnya. Akhirnya Rita mendapatkan pekerjaan sebagai penerjemah dan pembimbing skripsi/thesis mahasiswa freelance pada seorang pemilik rental komputer serta pembuat TTS, angket, dan komik freelance pada seorang pemilik sanggar seni budaya.

Namun honor yang diperolehnya tidak seberapa dan pekerjaan tersebut tidak rutin datang tiap hari sehingga tidak bisa untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan kalau bekerja di kantor orang tuanya mengharapkan perusahaan yang tidak jauh dari rumahnya, ada antar jemput karena Rita tidak bisa menyetir kendaraan sendiri. Karena itu Rita sulit mendapatkan pekerjaan tetap di kantor.

Setelah umur 65 tahun ayah Rita pensiun dan ibu Rita mulai sakit-sakitan sehingga memerlukan biaya pengobatan yang besar, sedangkan gaji pensiun ayah Rita tidak seberapa besar. Adik Rita pun menikah mendahului Rita dan setelah menikah tinggal di rumah baru bersama istrinya. Rita merasa kesepian dan kekurangan, akhirnya Rita lari ke dunia internet tiap hari dan bermain Facebook dan berkenalan dengan sembarang orang tanpa dilihat baik buruknya dulu. “Bagaimana, bisa ketemu sekarang di rumahmu?” “OK, saya tunggu sekarang.” Teman-teman Rita yang dikenal melalui internet semula ingin mencoba berkenalan dengan Rita, tapi setelah bertemu di dunia nyata kebanyakan mereka tidak ingin melanjutkan hubungan lagi atau tidak serius tapi hanya mengajak Rita ke hotel dan menidurinya. Sejak saat itu Rita mulai mengenal dunia pelacuran. Di salah satu iklan internet Rita memasang iklan: GADIS CANTIK MANIS, KULIT PUTIH, CARI TEMAN KENCAN BUTUH UANG, HUBUNGI: RITA.

Banyak yang telepon dan SMS ingin mencoba main seks dengan Rita. “Kalau main biayanya berapa? Berapa jam?” “500 ribu, 2-3 jam, mainnya di hotel.” “Boleh lihat akun Facebookmu atau MMS fotomu?” “Silakan”. Salah satu calon pelanggannya setelah melihat Facebook Rita akhirnya berkata, “Bagaimana kalau 300 ribu saja?” “Anda memang cantik, tapi sudah umur 37 tahun.” “OK”. “Mainnya kapan?” “Bagaimana kalau besok saja, ketemu di depan supermarket jam 6 sore, lalu ke hotel?” “Baiklah”.

Rita melayani para pelanggannya dengan senang hati demi mendapatkan uang tambahan. Sekali main Rita dibayar 300 ribu, kadangkala 200 ribu atau 250 ribu. Tapi kadang-kadang jika ada pelanggannya yang royal, Rita bisa mendapatkan 500 ribu sekali main. Dalam seminggu Rita biasanya mendapatkan 4-6 pelanggan. Rita tentu juga menyesuaikan jadwal mainnya dengan tugas-tugas pekerjaan lain secara diam-diam dan tanpa sepengetahuan orang tuanya maupun kenalan-kenalan lainnya.
Tapi kadangkala ada calon pelanggan yang merasa iba sebelum bermain dengan Rita. “Kenapa kamu lakukan itu? Kalau saya lihat profilmu di Facebook sebetulnya kamu tidak cocok bekerja seperti itu. Pendidikan kamu khan sarjana, kenapa kamu bisa seperti itu.” “Saya susah cari kerja tetap dan sekarang ini kerja freelance dengan honor yang tidak seberapa dan tidak cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.” Akhirnya calon pelanggannya berkata, “Baiklah, apa kamu bisa pijat? Kalau bisa, kamu pijati aku saja, setelah itu temani aku di karaoke atau café.” “OK”. Rita ternyata pintar melakukan pijat refleksi dan bisa juga menyanyi di karaoke atau café dengan suara yang cukup merdu, dan pelanggannya membayarnya 500 ribu.

Rita berprofesi sebagai pelacur atau tukang pijat refleksi atau gadis panggilan sampai setahun lamanya dan hasilnya lumayan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semuanya direncanakan dengan rapi dan jitu. Tapi suatu saat salah seorang calon pelanggannya berkata, “Saya dulu pernah main seks dengan seorang wanita di hotel tapi sekarang wanita itu sudah bertobat dan sekarang buka toko, tidak mau melacur lagi. Bisakah kamu bertemu dengan saya sekarang ini?” “Baiklah”. Setelah bertemu calon pelanggannya itu berkata, “Kalau dilihat dari profilmu di Facebook dan dari penampilan anda, sepertinya anda ini orang baik-baik, cerdas, dan dari keluarga baik-baik. Tapi kenapa kamu mau melakukan pekerjaan seperti itu?” “Karena hasil saya bekerja freelance tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.” “Orang tuamu masih hidup? Kamu punya saudara atau tidak?” “Orang tuaku masih hidup, tapi ayahku sudah 5 tahun pensiun dan ibuku mulai sakit-sakitan dan butuh biaya banyak.” “Kamu khan sarjana, kenapa tidak bekerja tetap saja di kantor?” “Karena saya tidak bisa setir kendaraan sendiri dan orang tua tidak memperbolehkan saya bekerja terlalu jauh dari rumah?”
“OK, kalau begitu kamu cukup pijati saya dan saya ajak kamu makan-makan, mau? Saya sendiri sekarang juga telah bertobat dan saya sekarang aktif di gereja dan tidak mau bermain dengan pelacur lagi. Saya sudah menikah dan bahagia dengan istri dan anak-anak.” “OK”. Setelah Rita melayani pijat refleksi dan diajak makan oleh pelanggannya, pelanggannya itu memberikan Rita uang sejuta lalu berkata, “Di mana rumahmu. Tolong jujur saja berikan kepadamu alamatmu yang lengkap dan nomor telepon rumahmu. Saya sebetulnya mau berkenalan dengan kamu lebih dalam, saya tidak tega membiarkan kamu merelakan diri jadi pelacur kalau melihat sikap dan penampilan anda itu.” “Ya, kenapa?”

“Saya punya teman yang belum menikah umur 40 tahun dan kerjanya sudah mapan sekali, punya beberapa usaha seperti restoran, butik baju, dan kursus. Orangnya ganteng dan pintar, lulusan S-2 seperti anda juga, dia juga dari keluarga baik-baik. Tapi saya sudah telepon orangnya dan saya ceritakan apa adanya tentang diri anda dan dia bilang tidak masalah, mau terima anda apa adanya. Kamu mau?” “Ya, saya senang sekali karena dari dulu saya harapkan orang seperti demikian.” “Besok bisa saya dengan orang itu ke rumahmu?” “Baiklah”.

Setelah perkenalan di rumah Rita ternyata orang tua Rita sangat setuju dan lalu menanyakan kepada calon suami Rita, “Robby, kapan kamu mau tunangan dan menikah?” Jawab Robby, “Ya, secepatnya saja. Bagaimana kalau tunangan 3 bulan lagi dan menikah 6 bulan sesudahnya agar bisa merencanakan semuanya dengan siap dan teratur?” “Baiklah”. Rita akhirnya menikah dan pesta dengan meriah dengan 1.000 orang undangan yang hadir di situ. Setelah menikah suami Rita sudah punya rumah baru yang besar dan bagus dan siap ditempati. Orang tua Rita berkata, “Robby, jaga Rita baik-baik, ya”. Akhirnya Rita hidup berbahagia bersama suaminya dan bertobat, aktif di gereja bersama suaminya juga dan orang tua Rita pun juga diubahkan kehidupannya, bisa ikut membantu usaha menantunya, ibu Rita jadi sehat kembali dan mereka juga sama-sama aktif di gereja.
 
sumber : 
http://orb.web.id/kisah-wanita-pelacur-intelektual-yang-akhirnya-menemukan-cinta-sejati.html

Kisah Penghuni Langit yang Terhina di Bumi Tapi Terkenal di Langit

KISAH seorang Pemuda fakir penggembala domba dan unta yang tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit


Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.

Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”.

Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya. Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.

Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya. Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya.

Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung.


Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi.

Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.

Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.

Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.

Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya.

Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang.

Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”.

Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.”
Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama.

Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qarni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qarni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW.

Memang benar dia penghuni langit! Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?”

Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qarni”. Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia.

Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka.
Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”.
Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.

Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qarni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar.

Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.


Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat.

Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai waliyullah, Tolonglah kami !”

Tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”

Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?”
“Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?”, tanya kami.

“Dekatkanlah diri kalian pada Allah !“,katanya.
“Kami telah melakukannya.”
“Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!”

Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekatnya. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”.

“Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? “,Tanya kami.
“Uwais al-Qarni”, Jawabnya dengan singkat.

Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.”

“Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah ?”, tanyanya.
”Ya,” jawab kami.

Uwais al-Qarni pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qarni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qarni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai.

Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya.” (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qarni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)

Meninggalnya Uwais al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. 

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qarni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal?”

Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qarni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.

via: armhando.com

Kisah Nyata, Cerita Pemulung yang Menjadi Anggota Dewan

Hidup sebagai rakyat miskin dirasakan I Wayan Dendra, yang kini menjadi warga Sidoarjo, Jawa Timur, sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Puluhan tahun hidupnya serba kekurangan, namun tidak membuat Dendra patah semangat.


Sifat mandiri dan suka berinovasi membuat Wayan Dendra tumbuh berkembang. Meski akhirnya dia mampu bekerja sebagai karyawan disebuah perusahaan farmasi di Surabaya dengan jabatan penting, namun dilandasi dengan sifat kemandiriannya yang kuat membuat Wayan Dendra meninggalkan pekerjaannya sebagai karyawan dan lebih memilih menjalani profesinya sebagai pemulung.

Dengan hanya berbekal tekad dan keberanian yang kuat, tanpa mengenal rasa malu, putra pertama dari tiga bersaudara pasangan almarhum I Nengah Sateng dan Ni Nyoman Teke ini akhirnya berkecimpung didunia barang bekas.
Meski dibutuhkan tenaga ekstra, Wayan Dendra tetap semangat mendatangi sejumlah pabrik dan pusat perbelanjaan hanya untuk mencari limbah dan sampah bekas yang telah dibuang.

Dengan mendapatkan keuntungan bersih senilai Rp40 ribu pada awal aktivitasnya sebagai pemulung, Wayan Dendra makin bersemangat yang akhirnya membawa dirinya menjadi seorang pemulung yang sukses dan mampu mengumpulkan omzet puluhan juta rupiah per minggunya. Meski harus bekerja dengan menggunakan pakaian apa adanya, bapak lima anak ini sehari-hari tidak malu jika harus berkecimpung dengan sampah dan barang bekas. Berkat keuletan dan kepiawaiannya dalam memilah barang-barang bekas, kini Wayan Dendra mampu menjadi pengusaha barang bekas dengan memiliki tempat usaha di lima kota di Jawa Timur dengan jumlah karyawan lebih dari 50 orang.

Tidak hanya sukses menjadi pengusaha barang bekas yang sukses, pria berusia 53 tahun ini juga menjadi seorang anggota legislatif di Sidoarjo. Melalui pengalamannya sebagai masyarakat miskin selama puluhan tahun, Wayan Dendra mampu merangkul sejumlah kalangan masyarakat yang akhirnya membawa dirinya menjadi salah satu anggota wakil rakyat yang duduk di kursi parlemen di tingkat Kabupaten Sidoarjo.

Kini Wayan Dendra yang menjabat sebagai Ketua DPC Partai Hanura Sidoarjo harus bisa mengemban tugas dan tanggung jawab yang berat, baik sebagai wakil rakyat, tokoh partai dan sebagai koordinator pemulung di Sidoarjo. Karena merasa berangkat dari bawah, Wayan Dendra tidak hanya mengambil keuntungan untuk dirinya pribadi dan keluarga, namun hasil keuntungan dari kerja kerasnya sebagai pemulung juga dia bagikan kepada sejumlah anak yatim dan kurang mampu melalui organisasi dunia UNICEF setiap bulannya.

I Wayan Dendra
Meski telah menjadi wakil rakyat dan sukses menjadi pengusaha barang bekas, namun sosok Wayan Dendra kini makin dikenal masyarakat Sidoarjo sebagai seorang pemulung. Disela aktifitasnya sebagai anggota legislative, dia masih mau berkecimpung sebagai pemulung. Dia kini berharap apa yang telah dilakukannya sejak menjadi masyarakat miskin hingga mendapat jabatan dan sukses menjadi pengusaha barang bekas dapat ditiru oleh masyarakat lainnya dengan berbekal semangat dan mengesampingkan rasa malu. Setiap orang bisa mampu menjadi sosok orang yang sukses.


via: okezone.com